by

Mengapa Kita Berbeda?

Pada mulanya, kita hanya dibedakan berdasarkan bawaan fisik sejak kita lahir. Ketika masih anak-anak, kita tak pernah mempermasalahkan perbedaan ini. Saya terlahir berkulit sawo, dan agak tinggi. Sementara kawan saya yang lain berkulit putih dan agak pendek. Saya memiliki warna rambut hitam dan agak tebal. Teman saya memiliki rambut agak kemerahan dan lebih halus. Ciri-ciri fisik membedakan kita satu sama lain, tapi tak pernah kita membeda-bedakan antara satu dan yang lain.

Kemudian, semakin kita tumbuh, semakin kita sadar bahwa kita tidak saja berbeda secara fisik, tapi juga dalam banyak hal. Kita tumbuh, berkembang dan hidup dalam masyarakat yang memungkinkan kita hidup bergaul dengan orang lain yang berbeda. Kita menyadari bahwa perbedaan yang kita pahami ternyata tidak terbatas pada perbedaan tampilan fisik.

Perbedaan agama, pikiran, sudut pandang, pendapat adalah perbedaan-perbedaan mendasar lainnya selain perbedaan fisik. Kita hidup dalam dunia yang beragam, dengan segala perbedaan. Kita berteman dengan orang yang berbeda agama, pandangan politik, bahkan berbeda dalam melihat satu permasalahan.

Tidak ada yang salah dengan perbedaan dan apa saja yang kita yakini. Setiap orang berhak untuk berbeda dalam apa saja. Jika perbedaan yang kita bawa sejak lahir adalah perbedaan yang tidak pernah kita minta atau tak pernah kita pilih, maka perbedaan keyakinan, pendapat dan pandangan adalah perbedaan yang lebih bersifat pilihan.

Kita memilih untuk berbeda, bukan karena kita ingin ada perbedaan. Tapi setiap orang memiliki cara berpikir masing-masing, sehingga dengan demikian memiliki cara pandang yang berbeda, memiliki keyakinan yang berbeda.

Berbeda adalah kodrat manusia. Alam semesta dan isinya diciptakan begitu beragam, tidak ada yang sama. Taman bunga akan terlihat indah justru jika diisi oleh berbagai warna dan harum bunga. Dunia ini indah justru karena banyak keragaman dan perbedaan.

Tapi meski demikian, tidak jarang perbedaan justru melahirkan perpecahan, penindasan, konflik dan perang. Perbedaan yang seharusnya menjadi alasan kita untuk bersatu, justru jadi penyebab lahirnya konflik dan pertikaian antar sesama manusia. Banyak orang yang tidak bisa menyikapi perbedaan. Banyak yang mengira bahwa perbedaan berarti membedakan.

Contoh yang paling sederhana adalah berbeda pendapat. Kita sering mengalami yang namanya perbedaan pendapat, baik dengan teman, keluarga, guru, dosen atau orang terdekat kita. Kita memiliki pendapat sendiri tentang satu hal atau masalah, begitu pun orang lain.

Pendapat sifatnya subjektif, kita menilai sesuatu berdasarkan sudut pandang kita sebagiamana orang lain menilai sesuatu berdasarkan sudut pandangnya pula. Oleh karena itu, kita tidak bisa memaksakan pendapat kita untuk orang lain begitu pun sebaliknya, orang lain tidak bisa memaksakan pendapatnya bagi kita.

Perbedaan pendapat adalah hal biasa. Setiap orang menilai masalah secara berbeda. Maka tidak jarang, satu permasalahan bisa menghasilkan begitu banyak pandangan. Kita bisa melihat ini misalnya dalam kasus-kasus hukum yang terjadi dan kita saksikan di layar televisi. Dalam setiap persidangan dihadirkan begitu banyak pendapat dari para pakar, yang kesemuanya berbeda-beda menyampaikan pendapat masing-masing. Sementara itu di luar persidangan, para pakar hukum juga memiliki pandangan yang berbeda-beda.

Sama halnya dengan berbeda agama atau keyakinan. Saya memiliki keyakinan, seorang muslim. Teman-teman saya banyak yang beragama Kristen. Kita memiliki perbedaan keyakinan, tapi tak pernah kita saling menyalahkan, apalagi sampai malahirkan pertikaian.

Bagi kami, perbedaan adalah sesuatu yang harus disyukuri. Perbedaan bukanlah alasan bagi kita untuk saling menyalahkan. Perbedaan juga bukan alasan kita untuk merasa lebih hebat dari orang lain. kita berbeda, bukan karena kita lebih hebat dan orang lain tidak. Perbedaan justru menjadi jembatan untuk membangun saling pengertian antara kita.

Kita berbeda, karena dengan perbedaan maka kita akan saling memahami satu sama lain, saling mengerti dan menghargai apa yang dimiliki orang lain. Kualitas sesungguhnya dari manusia, bukanlah ditentukan dari warna kulit, bahasa, agama atau bangsa. Kualitas dan nilai manusia sesungguhnya ditentukan oleh bagaimana dia bisa berbuat baik bagi sesama manusia, tanpa melihat perbedaan.**

Sumber : qureta

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed