by

Mencontoh Perilaku Kyai Papua

Sebagian penceramah ada yang keras nadanya, keras isinya. Menghujat, menakut-nakuti, teriak, mengajarkan benci, main hakim sendiri. Sedihnya, yang begini malah punya nama, jadi idola. Diundang ke mana-mana. Tua muda terpesona. Takbir dan jihad berkobar. Padahal itu emosi yang diumbar, menyebar gusar. Jemaah pulang mungkin senang, tapi bukan dengan hati tenang.

“suul-khuluqi yu’dy” akhlak yang buruk menular. Apalagi jika yang suul-khuluq adalah ulama, rusaklah umatnya. Akan ada epidemik mental menular, dengan laju lebih cepat dari perkiraan wajar. Sampai di situ, tiada guna agama bila justru jadi saluran kemarahan, bukan pancaran keramahan.

“Semua yang berlebihan bisa menyebabkan celaka, termasuk beragama…” begitu antara lain obrolan gentlemen ini dengan saya. Dua kyai penjaga negeri, yang untuk sesaat di Kuil Nara rela jadi bodyguard saya.

Sumber : Status Facebook Nisa Alwis

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed