Eh, jangankan di kota, di kampus saya yang cuma seuprit itu mau jalan kaki aja masih sulit. Mau makan siang, para mahasiswa juga harus berjubel antrian keluar di parkiran. Padahal ke warung depan aja. Trotoarnya aja sampai jadi parkiran. Bapaknya anak-anak dulu juga gitu, kalau ada urusan ke rektorat, bawa motor. Sekarang sudah taubat, jalan kaki meski lama, yang penting sehat.
Di berita ini, ada 480 pemotor, coba ditawari ‘tiket’ khusus di public transport sehingga kalau ke Jakarta biayanya tidak jauh beda dengan biaya kalau menggunakan motor. Bus Trans itu diperbanyak Pak. Jangan nawari jalur khusus motorlah. Lha motor selama ini juga nyasar ke trotoar. Bisa jadi, para pejalan kaki itu trauma karena banyak pemotor. Sekarang mereka jadi pemotor trus maunya minta jalur khusus motor. Lha ini kok ya Pak Anies Baswedanmalah mau mengembalikan trotoar dikasih jalur motor. Hargai kami yang biasa jalan kaki dan ingin bike to work. Kami sudah lama tersingkirkan, Pak. Berharap orang seperti bapak yang PhD di Amrik itu bisa memberi solusi transportasi untuk kaum termarginalkan. Apa bapak mau semakin menyingkirkan orang-orang yang tidak punya akses ke kendaraan pribadi? Orang miskin itu tidak punya akses ke kendaraan pribadi Pak. Mereka mengandalkan transport publik yang terjangkau meski di dalam kendaraan umum tidak nyaman. Belum lagi kalau jalan kaki tidak ada trotoarnya, mereka sangat rentan jadi korban kendaraan (termasuk pengendara motor) yang arogan di jalanan.
Sumber : Status Facebook Septin Puji Astuti
Comment