by

Membedah Plagiarisme

Konon katanya, terkait korupsi juga begitu. Yang tidak mau ikut justru dibenci, dan ditendang ke luar system. Apalagi yang akan memberantasnya.

Berpikir hal itu, saya merasa ada yang salah tentang konsep ‘jujur’ di negeri ini. Seperti bukan moral utama yang harus dimiliki setiap orang. Kelihatannya sebagian besar kita lebih memilih untuk tampil santun atau relijius daripada jujur. Hingga kita sering dengar ungkapan seperti ‘jujur ajur’…

Padahal di masa modern ini, jujur itu perangkat utama untuk survive. Karena teknologi telah sedemikian rupa canggihnya untuk mengungkap ketidakjujuran. Juga ketidak konsistenan berbicara. Apa yang kita ucapkan bertahun lalu, akan dengan mudah ditelusuri. Untuk kemudian diperbandingkan dengan ucapan kita saat ini. Demikian pula dengan kamera CCTV yang bertebaran, teknologi forensik yang makin maju, digitalisaai yang membuat segalasesuatu terekam baik dan terhubung.

Di masa modern ini, kita tak perlu lagi menjadi seorang ksatria pemberani yang siap mati melawan semua angkara murka. Memberantas angkara murka telah menjadi ranah polisi. Sebagaimana mempertahankan negara jadi tugas tentara. Kita hanya diminta jujur. Jujur dengan perbuatan, pun jujur mengakui semua kesalahan.

Kembali pada masalah plagiat, saya kira dengan mengajarkan anak untuk tidak melakukan plagiat bisa jadi cara untuk menanamkan kejujuran. Atau justru sebaliknya, mengajarkan kejujuran agar tak ada lagi plagiatisme ataupun korupsi. 
Caranya…. Mungkin dengan menunjukkan betapa ketidakjujuran selalu terungkap, dan dalam waktu yang makin singkat.

Sumber : Status Facebook Vika Klaretha

 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed