by

Membedah Pernyataan “Kitab Suci Adalah Fiksi”

2. Governance

Agama dalam ilmu manajemen modern bisa diartikan sebagai *governance system* dan kitab suci adalah *petunjuk tentang penerapan governance/tata-kelola* perilaku manusia dan masyarakat. Ia sebuah manual tentang bagaimana setiap pribadi *menertibkan dirinya” dan bagaimana pimpinan Negara “menertibkan masyarakatnya*. Karena berisi manual tentang tata-kelola ketertiban, maka pokok-pokok tuntunan yang ada di dalam kitab suci haruslah mendekati sedekat-dekatnya (baca: seobyektif dan sefaktual mungkin), bahkan sedekat mungkin konteksnya dengan kehidupan manusia dan warga masyarakat. Itulah mengapa banyak isi kitab suci (terutama dalam Islam) berisi norma/perintah keadilan material untuk si miskin melalui zakat, sedekah, dst. Perintah tentang takaran dalam perdagangan yang akurat serta ratusan tata-ketertiban lain ditulis dalam kitab suci.

Hasil dari governance system adalah sebuah *ketertiban hidup personal* dan *ketertiban hidup bermasyarakat*. Agama melalui kitab sucinya, dengan demikian membangun personal governance dan societal governance. Dia datang secara faktual-kontekstual dan digunakan secara obyektif dalam kehidupan. Perintah ketertiban itu, datang melalui kisah sejarah yang diungkap dalam kitab suci.

Dari dua argumen tersebut, jadi, secara akademis saya sulit menerima pernyataan bahwa kitab suci adalah fiksi. Kitab suci tepatnya berisi values dan norma yang dinarasikan melalui kisah sejarah perjalanan para nabi yang kemudian mengilhami berlakunya *tata-aturan personal dan social* dalam hidup dan kehidupan kemasyarakatan.

Tanpa kitab suci tidak terbentuk peradaban yang kita jalani saat ini (jangankan Negara atau pemerintahan, Lembaga pertahanan, KPK, atau sekedar RT/RW, bahkan unsur terkecil masyarakat seperti keluarga pun tidak akan pernah ada). Tanpa kitab suci, kehidupan manusia akan liar layaknya alam liar (wilderness) di hutan belantara yang dialami oleh hewan-hewan liar yang saling memakan sesamanya (survival of the fittest – hukum rimba).

Mari kita selamatkan kitab suci bila hendak terus beradab. Jangan katakan ia sebagai fiksi nan fiktif.

Sumber : Status Facebook Arya Hadi Dharmawan

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed