Belajar dari pengalaman Pilkada DKI 2017. Terlalu mahal ongkos sosial yang harus kita bayar. Kegaduhan, kebencian, perpecahan dsb. Sampai-sampai kita juga harus “mengorbankan” salah satu putra terbaik bangsa yang telah membawa Jakarta lebih baik, hanya karena isu SARA dalam Politik Identitas. Bayangkan jika hal yang sama terjadi dalam skala nasional. Padahal Jakarta yang masyarakatnya relatif rasional dan terdidik, dampak “kerusakannya” begitu terasa.
Jadi biarlah isu “manuver politik” Gatot Nurmantyo yang dianggap sebagai representasi TNI mengalir selama masih dalam bingkai menjaga keutuhan NKRI. Meskipun kita punya pengalaman buruk kepemimpinan ala militeristik oleh Soeharto di era Orde Baru, saya masih yakin Gatot Nurmantyo adalah prajurit yang reformis dan masih patuh pada Panglima Tertinggi Presiden Jokowi. Toh pada 2019 nanti beliau juga sudah Purnawirawan dan tongkat komando berada ditangan penggantinya. Malah syukur-syukur beliau juga ikut berkontribusi mengantarkan Jokowi menuju RI1 untuk yang kedua kalinya. Hehehe
Salam Dua Periode
Sumber : Status Facebook
Fadly Abu Zayyan
Comment