by

Memaknai Ketupat Lebaran

Dalam versi lain…, ada pula yang mengartikan bahwa kupat (ketupat) berasal dari Jarwo Dhosok (makna kata) ngaku lepat (mengaku salah)…, ngakoni sedoyo kalepatan (mengakui segala dosa dan kesalahan).

Ada juga yang memaknai laku papat…, mengku nefsu papat.

Jika ditelaah…, semua anasir kata hasil rekaan (othak athik mathuk) itu bermuara ke arah pengakuan dosa manusia.

Etimologi dari leksikon Jawa ini tampaknya lebih mengena…, dibanding leksikon Arab.

Sedangkan dilihat dari bahan bakunya…; pembungkus dari janur kelapa serta isinya beras dan ketan (padi)…, jelas ini nabati Jawa…, bukan nabati Arab (kurma).

Dan dari mitologi Jawa tentang Dewi Sri Sadono (Dewi Padi)…, kisah ini sudah ada sejak jaman pemerintahan di Medang Kamulan…, sekitar abad ke 5 Masehi…, Jaman prasejarah.

Sebelum menuai padi (Dewi Sri)…, petani Jawa tempo dulu menandai dengan upacara sakral methik (mengambil penganten padi sebagai simbol awal memanen)…, dengan ritus selamatan kupat lepet.

Melaksanakan nazar misalnya…, juga selamatan dengan peranti kupat luwar.

Bahkan menolak bala pun dengan menggunakan kupat…, yang dianggap bernilai magis.

Kupat yang sudah diberi mantra (doa)…, biasanya digantungkan di atas pintu atau di depan kaca mobil.

Malah…, ada juga yang dikalungkan pada leher hewan-hewan peliharaan seperti kambing dan sapi.

Leluhur kita memang tiada duanya.

Sumber : Status Facebook Buyung Kaneka Waluya

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed