by

Memaki Tuhan

Oleh: Denny Siregar
 

Kaum sumbu pendek ini memang gada matinye.

Mereka jahil sekali sehingga selalu mempertanyakan keyakinan orang lain, seolah-olah dia sudah menjalankan keyakinannya dengan benar. Dari pengalaman, mereka itu sebenarnya tidak pernah meng-kaji Kitab suci dan hadis-hadis yang berkaitan dengan agamanya.

Padahal mereka selalu teriak, “Kembali kepada Al-quran dan hadis !!” Dengan jenggot menyala, mata melotot dan urat leher tegang seperti slepetan karet sempak. Seakan mereka dulu tersesat, kehilangan, dan sekarang panik ingin kembali.

Salah satu contoh, ketika umat lain sedang berbicara tentang Tuhan-nya, si jahil lalu menyambar dan membandingkan dengan Tuhan mereka. Seperti anak kecil yang membanding-bandingkan bahwa ayah mereka-lah yang paling berani, paling baik dan paling kaya. Persis cabe-cabean. Bersolek paling menor dan nyinyir pada cabe lainnya.

Mereka gak tahan dengan ayat, “Untukmu agamamu dan untukku agamaku…” Kenapa ? Karena itulah ayat dengan nilai toleransi yang sangat tinggi kepada umat beragama lain.

Ayat itu memberi pengertian, “Petunjukmu adalah untukmu, untukku petunjukku..” Jadi, pegang petunjukmu dengan benar, pelajari dan berjalan-lah sesuai arah yg ditunjukkan. Bukan urusanmu menilai petunjuk orang lain.

Nah, karena terlalu jahil menilai petunjuk umat lain-lah, mereka akhirnya tdk pernah mempelajari petunjuk mereka sendiri dengan benar, sehingga malah tersesat, tidak mengerti kompas.

Seandainya mereka benar-benar meng-kaji – bukan hanya membaca dengan lafaz di bagus2kan – maka mereka akan melihat kitab mereka penuh dengan nilai toleransi yang tinggi kepada umat lain, disamping hukum-hukum yg diterapkan untuk mengatur manusia.

Mereka sama sekali tidak paham, bahwa fitnah-fitnah terhadap agamanya itu datang, sebenarnya karena kelakuan mereka sendiri. Karena mereka jahil, akibatnya umat lain-pun ikut jahil menilai. Akhirnya yang terjadi menjadi saling memaki. Seandainya mereka mau sedikit saja duduk dan “berfikir”, tentu mereka akan bisa memahami ayat ini.

“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena nanti mereka akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan” ( Al-Anam : 108 )

Lalu, darimana datangnya kejahilan itu ?

Datangnya dari lemahnya akal mereka. Karena akal melemah, yang mereka bisa banggakan cuman golongan. Karena tidak paham petunjuk, yang mereka bisa lakukan hanya perpanjang jenggot, cingkrangkan celana, hitamkan jidat hanya supaya “sama” dengan golongannya. Umat bebek kwek kwek. Berbaris tanpa paham arah dan tujuan.

Jadi ketika ada yang teriak, “Kembali ke Al-quran dan hadis !!”, mereka sejujurnya gak paham Al-quran yang mana ? Hadis yang mana ? Ah, amannya ikut teriak aja biar keliatan sama.

Yang tidak pernah teriak “kembali..” sebenarnya memang tidak pernah meninggalkan Al-quran dan hadis, karena mereka sibuk memperdalam ilmunya dan mencoba memahami setiap petunjuknya. Mereka bisa duduk bersama dengan umat lain, yang juga sedang memperdalam ilmunya. Saling tersenyum, saling menyapa, saling men-doakan, “Semoga kita sama-sama- selamat sampai di tujuan ya..” Indah, kan ?

Kaleng khong-guan isi rengginang memang tidak banyak, tapi mereka ada di beberapa tempat. Masalah dari otak mereka yang sempit adalah mulutnya yang lebar.

Bummmm ! Sepertinya akan ada yang meledak. Seruput kopi lagi ahhhh…..

Pahit bener. Ini kopi apa kenyataan ?

 

(Sumber: Facebook Denny Siregar)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed