by

Memahami Perilaku Anak-Anak Cendana

Tak satu pun anak² Soeharto memiliki pendidikan yang tuntas, kecuali si bungsu Mamiek yang lulus kuliahnya di IPB. Itupun memunculkan banyak rumor negatif, karena kemana² ia harus dikawal, ada mahasiswa lain yang disusupkan hanya untuk menemani selama ia di kelas, bahkan nilai²nya yang tak pernah keluar dalam papan pengumuman.
Singkat kata, yang selalu gagal dipahami oleh publik adalah keenam anak ini, tidak dibekali wawasan intelektual yang cukup.
Yang daripadanya dapat diharapkan memiliki kepekaan nurani, kehalusan budi pekerti, dan keberpihakan yang jelas.
Akibatnya, keenam anak ini tumbuh dalam “tradisi tembung jare”, kalau meminjam istilah Gus Dur sangat tergantung pada para pembisiknya.
Mereka membangun sistem bisnis paling purba yang sebenarnya tak lebih feodalisme yang diperluas.
Bila dulu sistem feodal itu hanya mengandalkan kepemilikan tanah seluas mata memandang, maka mereka menganggap Indonesia ini adalah tanah ladang yang mereka warisi dari bapaknya.
Lalu mereka mengkapling², menyewakan, menjualnya untuk memburu rente.
Menarik ulurkan kepemilikannya seenak selera mereka.
Dan ketika, ayah mereka tumbang dan dianggap PENJAHAT..! KEMANUSIAAN…!, lalu bisnis mereka satu persatu dipreteli.
Tak nyana tak disangka, yang tersisa masih luar biasa banyaknya….
FORBES pernah menyebut Soeharto adalah seorang yang paling lihai dan cermat menyimpan harta kekayaannya di bank² luar negeri, rahasianya sulit terendus dan terlacak media manapun.
Itulah masalah dasar yang mereka hadapi. Saya yakin bahwa mereka sendiri pun kaget, bahwa kekayaan yang di luar mereka pernah ambil satu persatu melalui bisnis mereka masing².
Ternyata apa yang pernah orang tua mereka ambil selama 32 tahun Orde Kleptocrazy dan sempat disimpan masih luar biasa banyaknya.
Dalam konteks inilah, semestinya harus dipahami bahwa kenapa mereka tidak mati-mati, bahkan tampak bangkit lagi dengan segala kejumawaannya.
Dalam konteks orang yang paling bodoh sekalipun harus dipahami bahwa untuk menghabiskan kekayaan sedemikian besar itu juga butuh imajinasi.
Dan imajinasi itulah yang tak pernah mereka punya!
Sekali lagi kombinasi antara anak² yang berselera kebangsaan rendah dan kekayaan yang melimpah adalah WARISAN Soeharto yang menjadi beban sejarahnya sendiri.
Lihatlah di hari-hari ini, apa yang dilakukan keluarga besar mereka adalah dunia tanpa imajinasi. Membangkitkan isu PKI yang sesungguhnya telah mereka bunuh sendiri sampai mati.
Menghidupkan sentimen anti-China, yang sebenarnya justru komunitas etnis yang menggelembungkan kekayaan mereka.
Dan yang tak kalah gila, menggunakan sentimen Islam yang sebenarnya tak pernah benar² mereka yakini kebenarannya.
Lawong mereka sendiri agamanya islam²an…
Mereka telah berubah menjadi KUTUKAN bagi Bangsa Indonesia :
” Dimusuhi eksistensinya, tapi dirindukan cipratan sedekah rejekinya! Entah sampai kapan… “
SALAM WARAS DEMI MENJAGA NKRI…
Sumber : Status Facebook Nung Warman

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed