by

Memahami Fiksi Gerung

FIKSI ITU BAGUS
Asal usul dari masalah ini adalah soal fiksi atau fakta. Dan ini permulaan yang buruk. Karena waktu kita sebut fiksi, di kepala kita adalah fiktif. Fiction itu kata benda. Yaitu literatur dalam kata fiksi. Tapi karena diucapkan dalam satu forum politik, maka dia dianggap sebagai buruk. Fiksi itu sangat bagus. Dia adalah energy untuk mengaktifkan imajinisasi. Itu fungsi dari fiksi. Dan kita hidup dalam dunia fiksi lebih banyak dari dunia realitas. Fiksi lawannya realitas. Bukan Fakta. Jadi kalau anda bilang itu fiksi lalu kata itu jadi pejorative. Itu artinya kita menginginkan anak-anak kita tidak lagi membaca fiksi. Karena udah-udah bilang ini fiksi. Itu menjadi kata yang buruk.

KITAB SUCI ADALAH FIKSI
Kitab suci itu fiksi atau bukan? Siapa yang berani jawab. Kalau saya pakai definisi bahwa fiksi itu mengaktifkan imajinasi, kitab suci itu adalah fiksi. Karena belum selesai. Belum tiba itu. Babad Tanah Jawa itu adalah fiksi. Anda sebut apa aja. Jadi ada fungsi dari fiksi untuk mengaktifkan imajinasi. Menuntun kearah berfikir lebih imajinatif. Sekarang kata itu dibunuh.. dibunuh oleh politisi.. bayangin..

APAKAH FIKSI ITU PREDIKSI ?
Lebih dari itu. Bahkan bukan untuk prediksi tapi destinasi. Jauh lebih dari itu. Bukan sekedar anda bikin prediksi. Anda percaya pada fiksi. Dan anda dituntun oleh kepercayaan itu. Bisa tiba . Bisa nggak tiba. Gimana caranya? Itu fungsi Kitab Suci. Anda percaya Kitab Suci? Kenapa anda abaikan sifat fictional dari kitab suci. Kan itu bukan factual. Belum terjadi. Dan Anda dituntun oleh dalil-dalil dari kitab suci. Bukan sekedar prediksi. Dan saya mau terangkan ini supaya kita selalu punya semacam stok argumentasi sebelum disesatkan pembullyian politik.

FIKSI VS FIKTIF
Jadi sekarang fiksi itu baik. Yang buruk fiktif. Bisa bedain gak tuh. Diada-adain. Diakal-akalin. Kalau saya bilang Kitab Suci itu fiktif, bisa-bisa saya dipenjara. Tapi kalau saya bilang itu fiksi, saya punya argument. Karena saya berharap terhadap eskatologi dari kitab suci.

KITAB SUCI ITU FIKSI BUKAN FAKTA
Jangan sampai nanti ini menjadi satu hal yang menjadi kesalahpahaman. Karena itu saya terangkan supaya gak jadi dicari-cari jadi delik. Saya ngerti dari awal problem itu. Kalau saya Kitab Suci itu fiksi atau fakta? Anda mau jawab apa? Is is factual? Nggak. Jadi kesalahan kita , kita memakai kata fiksi itu dibully sehingga seolah-olah fiksi itu buruk.

KENAPA HARUS TAKUT BILANG KITAB SUCI ITU FIKSI
Kenapa kata fiksi itu kemudian anda takut diucapkan terhadap kita suci? Karena selama ini kata fiksi itu dibebani oleh kebohongan. Seolah fiksi itu bohong. Tadi saya katakan, bohong itu fiktif. Dalam Bahasa Indonesia, itu angka fiktif. Bohong. Tapi fiksi, energy untuk tiba ke Telos. Yang didepan itu. Kita ingin tiba di Telos itu. Kitab suci selalu ingin tiba di Telos. Ujung dari Kitab suci itu adalah harapan, janji. Dan itu sifatnya fiksi. Baik atau buruk? Baik. Jadi saya jelaskan itu supaya kita berhenti dengan debat fiksi atau fakta. Kalau mau berdebat itu fiksi atau fiktif. Bukan fiksi atau fakta. Selama ini, twitter itu di media sosial, kita dibuat dungu oleh mereka yang tidak paham tentang makna dari kata fiksi. Fiction. Mahabarata itu fiksi. Bukan fiktif.

FIKSI DALAM AGAMA ADALAH KEYAKINAN
Bagi saya, fiksi itu kreatif. Sama dengan orang yang beragama. Kreatif. Dia menunggu eskatonnya. Dia menunggu telosnya. Anda ucapkan doa, sebetulnya anda masuk dalam energy fiksional dan anda pupuk harapan. Bahwa dengan untaian doa itu, Anda akan tiba di tempat yang indah. Begitu fiksi bekerja. Lalu apakah fiksi itu adalah keyakinan? Bisa. Dalam agama, fiksi itu adalah keyakinan. Dalam litelatur, fiksi adalah energy untuk mengaktifkan imajinasi. Kimianya sama orang berdoa dan baca novel. Didalam tubuh sama. Jenis hormon yang diproduksi sama. Itu soalnya.

FIKSI DAN REAKSI PALSU JOKOWI
Jadi ini pengantar untuk menertibkan kekacauan publik yag dibuat oleh politsi. Yang kedua adalah soal adu meme di medsos. Jokowi Vs Prabowo. Saya ikuti itu. Saya ikuti reaksi presiden terhadap pidato Prabowo. Tetapi adalah yang palsu dalam cara Presiden bereaksi itu. Dia pasti palsu karena dia bereaksi terhadap pidato. Jadi Presiden tidak berpidato. Dia bereaksi pada pidato. Reaksi pertama terhadap kaos dengan hastaq apa itu.. 2019 ganti presiden. Lah hastaq itu adalah kan fiksi? Ngapain bereaksi terhadap fiksi ? kan belum terjadi. 2019. Pergantian presiden.

FIKSI DAN STABILITAS PSIKIS ( KEJIWAAN)
Jadi siapa yang ngajarin Presiden bereaksi terhadap fiksi itu. Reaksi terhadap fiksi, fiksi juga akhirnya. Tetapi kita bisa baca bahwa kalau orang bereaksi terlalu keras terhadap sesuatu yang fictional, itu adalah problem dalam stabilitas psikisnya.

Sumber : facebook Budi Setiawan

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed