by

Megawati Dan Indonesianya

PDI Perjuangan memiliki wong cilik yang tidak paham internet. Mereka adalah grass-root yang secara konsisten menjadi lumbung suara partai. Adagium‘ Pejah gesang nderek Bu Mega ‘ sebagai pengejawantahan ‘ Surgo nunut, Neroko Katut-nya Bung Karno. Bagi mereka Megawati adalah tokoh karismatik yang menjadi simbol sekaligus pemersatu partai. Fenomena ini tidak hanya di Indonesia, ketika darah biru menjadi syarat utama. Di India sampai sekarang, darah biru Indira Gandhi menjadi penentu dalam partai Kongres. Bahkan di Amerika, keturunan Kennedy menjadi keuntungan tersendiri dalam partai Demokrat.

Profesor riset di LIPI, Syamsuddin Haris pernah menyebut ‘ Primus Interpares ‘ , sosok yang tidak hanya mempersatukan berbagai unsur yang beragam, tetapi menjadi sumber legitimasi bagi partai itu sendiri. Belum terbayangkan oleh segenap kader PDI Perjuangan, apa yang terjadi seandainya Megawati tidak bersedia menjadi ketua umum kembali.

Memilih kembali Megawati merupakan kesepakatan untuk mempertahankan soliditas di internal partai. Kepemimpinan Megawati yang membuat PDIP tidak pernah digoyang perpecahan seperti partai partai lain. Megawati juga bukan tipekal orang yang membuat polemik dengan penentangnya di media massa. Dia membiarkan orang membully bahkan memfitnahnya, tanpa harus memberikan klarifikasi secara langsung. Begitulah Ibu Mega, kata orang PDIP sendiri tak pernah membalas serangan yang dilakukan adiknya, Rachmawati. ” Biarkan saja Rachma, dia adik saya “.

Ada kisah menarik tentang Bu Mega yang tak pernah perduli dengan uang gajinya. Saat ia menjadi anggota DPR jaman orde baru, ia tak pernah mengambil gajinya dan tunjangan lainnya. Uang itu justru diambil staff kepercayaannya dan disimpan didalam brankas selama bertahun tahun. Ketika memasuki masa kampanye setelah reformasi, Megawati diberitahu bahwa ia masih memiliki uang simpanan yang bisa dipakai untuk biaya kampanye.

Namun uang itu sudah tidak laku, karena sudah terlalu lama disimpan sehingga biro iklan yang menerima uang itu harus menukarkan terlebih dahulu ke Bank Indonesia.

Megawati juga tak ragu mengambil cincin perhiasannya dan memberikan kepada team kampanye PDIP yang kesulitan uang. Kisah ini juga diceritakan seorang wartawan senior Majalah Tempo kepada saya saat kami mengikuti bersama Megawati, terbang keliling Indonesia saat kampanye 2014.

Rosihan Anwar barangkali salah. Diamnya Megawati adalah kegelisahannya melihat Indonesia. Dengan keterbatasan dan kekurangannya, tak ada yang meragukan kecintaannya pada negerinya yang majemuk ini, sebagaimana yang diucapkan dalam pidato penutupnya kemarin.

Bangkitlah Banteng banteng di seluruh tanah air. Bangkitlah seluruh rakyat Indonesia.
Bangkit dengan jiwa Pancasila. Berderap serempak. Bergerak serentak. 
Satukan jiwa pengabdian. Mengabdi kepada Allah SWT. Mengabdi kepada Tanah air dan mengabdi kepada bangsa Indonesia.
Solid bergerak untuk Indonesia Raya. Indonesia yang sejati jatinya merdeka.

Sumber : Status Facebook Imam Brotoseno

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed