by

Masih Perlukah Kita Mencerca Afi?

 

Meski bukan 100% copas, tapi unsur plagiasi masih tetap ada. Puisi baru, yg seolah remake ini, tidak menjadikannya bebas dari unsur plagiasi. Dan kalau mau dicari, mungkin akan ada lagi tulisan lainnya yang terindikasi plagiasi, baik itu melalui kutipan seluruh atau sebagian.

Tapi, perlukah itu “ditelanjangi” dan diumumkan kembali ke publik? Masih perlukah dibahas lagi kesalahan yg sama di depan umum? Apa ada manfaatnya? Tulisan itu masih dibuat oleh “Afi lama”, Afi yg belum mengalami insiden kemarin. Dia tidak akan bisa mengubah kenyataan tulisan di masa lalunya.

Kasus dengan Mita kemarin sudah lebih dari cukup untuk mengajari Afi apa yg seharusnya dia perbaiki ke depan. Dia sudah dihukum dan biarkan dia belajar melalui nasihat, dukungan dan hinaan yg dia terima. Tidak perlu lagi menambah beban mental anak ini lebih jauh. Tidak perlu diungkit lagi tulisan2nya yg dicurigai plagiasi. Tidak perlu. Karena tidak akan memberi nilai tambah apa2 kecuali menumbuhkan kebencian, bulian dan sentimen negatif baru kepada dirinya.

Kalau memang diniatkan untuk menasehati, bukankah lebih baik disampaikan langsung melalui FBnya? Lalu, kenapa kita malah memilih menulis di forum terbuka yg belum tentu dibaca oleh Afi sendiri dan sangat mungkin malah disalahgunakan oleh orang yg membencinya?

Betulkah kita memang berniat menasehatinya? Atau kita cuma melampiaskan ego pribadi dengan mengatasnamakan nasehat? Atau kita diam2 menikmati hinaan yg menimpanya? Atau kita cuma sekedar mengejar popularitas belaka di atas namanya?

Terlalu jauh kalau saya yg menilai. Silahkan diri kita masing2 untuk menjawabnya dengan jujur. Buat saya, kembali “menelanjangi” tulisannya tidak akan, dan tidak akan pernah menambah kebaikan apapun kepada Afi. Sebaliknya, justru itulah cara terbaik untuk “merusak” potensinya dengan sempurna.

Afi memang salah, tapi dia sudah menerima ganjarannya. Sekarang biarkan dia belajar dari kesalahannya. Biarkan dia berproses menjadi “Afi baru” yg lebih baik. Sebagaimana kita dulu juga pernah berulang kali melakukan kesalahan, belajar, lalu tumbuh kembang karenanya.

Berikan dia ruang dan waktu. Bagaimanapun, dia cuma seorang remaja biasa, biarkan dia tumbuh dan berkembang secara normal. Let her alone. Enough is enough…

 

(Sumber: Facebook Aldie Al Kaezzar)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed