by

Masalah Kita Adalah Kamu, Bukan Dia Atau Mereka

Lagi, berapa persen, menurut Anda, kemungkinan semacam itu terjadi dari shalat Jumat pada hari ini yang tidak secara tegas dibatalkan MUI? Sama dengan itu, berapa persen peluang bagi kengerian kayak gitu merebak dari ibadah minggu HKBP pekan ini yang belum dibatalkan parhalado HKBP?

Saya tidak takut pada Corona. Pekan lalu saya ejek virus tersebut dengan mengajak semua orang berpelukan. Teman saya di Singapura langsung mendamprat habis. “Hail Sahat. Dia punya iman sebesar biji kedondong. Corona takluk sama dia.”

“Tapi tahukah kamu, Sahat? Di pakaianmu mungkin bersarang virus Corona. Mereka belum menginfeksi kamu. Pulang ke rumah, kamu cuci-muka, cuci-tangan, mandi. Kamu selamat. Tapi sekian orang yang berpelukan dengan kamu terpapar hebat. Dua pekan kemudian mereka wafat. Semua bermula dari kesombongan kamu.”

Pendeta dalam ibadah yang dihadiri pasien 31 sekarang dibawa ke meja hukum, didakwa sebagai pencetus keonaran. Dia menangis, mencium bumi, memohon ampun, mengakui kesombongannya. Saya tidak tahu seberapa besar nyali kita di negeri ini untuk mendakwa Uskup, Kardinal, pengurus MUI, dan Parhalado HKBP?

Meme yang menuntut Pemerintah RI untuk mengarantina Uskup dan Kardinal dishare banyak orang. Sebagian dibagikan ke grup orang NTT. Banyak dari mereka marah dan tersinggung, menantang saya berkelahi, menganggap saya provokator, bahkan bermaksud mencaritahu alamat saya.

Saya tidak melakukannya atas nama kebencian. Tuntutan tersebut melayang berbasis cinta kepada orang-orang NTT yang menjadi temporal habitus bagi sekian ribu hadirin ibadah penahbisan. Kalau semua hadirin itu tidak dikarantina, pekan depan masyarakat NTT terpapar, lalu menjadi spreaders, menewaskan orang-orang ke mana pun mereka bergerak.

Tahukah kalian? Dalam situasi pandemik, setiap orang berpoteni menjadii penyebar virus. Meski sehat, meski belum atau tidak terinfeksi, saya dan Anda berkemungkinan menjadi pembawa virus. Kita selamat, mereka wafat. Semua berawal dari kesombongan.

Saya yakin Parhalado HKBP tahu tentang itu. Maka, bagaimana saya menilai mereka? Manusia jahat? Tidak, saya bisa dituntut ke pengadilan kalau melansir dugaan kayak gitu.

Sekelompok manusia tolol? Anda punya kemungkinan lain?

Saya warga jemaat HKBP. Saya tidak rela dipimpin sebarisan orang tolol. Maka, baiklah saya teriakkan dengan lantang:

“Kepadamu umat HKBP, kosongkan gerejamu pekan ini dan pekan depan.”

Sumber : Status Facebook Sahat Siagian

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed