by

Masa Depan Politik Masih Terbuka Lebar untuk AHY

Apalagi politik Jakarta yang penuh gejolak, banyak tikus, musang dan kupu-kupu. Dibutuhkan pengalaman untuk mengenali setiap tikungan agar bisa membaca arah angin. Setidaknya bisa membaca kenyataan adalah kenyataan. Dan laporan yang masuk dari sekelilingnya bisa saja berbeda dari kenyataan.

Tapi apapun hasilnya, Agus sudah mencicipi riuhnya demokrasi. Setidaknya itu bisa menjadi bekal buat karir politik selanjutnya. Mungkin saja SBY tidak lagi ragu menurunkan tahta Partai Demokrat pada putra sulungnya ini.

Biaya Agus memasuki dunia politik memang tidak sedikit. Dia militer aktif dengan karir cemerlang. Jika sabar saja, beberapa tahun ke depan di pundaknya akan bertengger bintang. Tapi nasi sudah menjadi lontong sayur.

Saya teringat, dia sempat menitikkan air mata saat melepas seragam militernya. Tapi itulah biaya yang harus dibayar. Dia mengorbankan banyak hal. Dia merelakan karirnya berbelok mendadak.

Makanya ketika tadi Agus menyampaikan pidato pengakuan kekalahannya, ada rasa iba terselip di hati saya. Dengan pengorbanan yang sangat besar dan pertarungan habis-habisan itu, dia hanya meraup 17% suara. Mungkin tidak sebanding dengan harga yang dia korbankan.

Di tengah perasaan iba itu, saya tersadar. Agus itu ganteng. Badannya tegap dan atletis. Istrinya mantan artis yang cantik. Anaknya lucu. Dia juga kaya raya dan anak seorang mantan presiden.

Singkatnya, tanpa jadi Gubernur DKI juga hidupnya cukup sempurna.

Daripada rasa iba saya sia-sia, cepat-cepat saya alihkan rasa iba itu ke seorang teman. Dia jomblo awet juga pengangguran. Sudah 13 kali nembak cewek tapi ditolak terus. Setiap kali postingannya di’like’ cewek, dia akan kirim pesan inbox berisi ‘i love you’. Biasanya cewek tersebut langsung memblock akun teman saya.

Posturnya begeng dengan ikat pinggang yang ujungnya selalu menjulur panjang. Meski tiap hari mengantongi sisir kecil di kantong celana belakang, tapi rasanya cermin tidak pernah bersahabat dengan wajahnya.

Singkat kata : ngenes…

Jadi Mas Agus. Hidupmu beruntung. Masa depan politik masih menantimu.

Sementara untuk teman saya, biarkan saja dia menjalani masa depannya sendiri.

(Sumber: www.ekokuntadhi.com)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed