by

Ma’ruf Amin Senang, Mahfud MD Sedih?

Beliau memang manusia biasa meski berpredikat ulama. Tapi harap diingat beliau adalah cucu Syech Nawawi al-Bantani. Ulama besar Imam Besar Masjidil Haram. Guru ‘ngaji’ mBah Hasyim Asy’ari dan mBah Ahmad Dahlan. Nalarnya pasti dibalut ‘naluri’ keulamaannya.

Saat ini justru mungkin Kiai Ma’ruf ketawa sendiri. Membayangkan dirinya pakai pakaian resmi. Sorbannya mau disampirkan dimana ? 

Lalu Mahfud MD bagaimana ? Kecewa ? Mungkin. Tapi mantan aktivis HMI (Himpunan Mahasiswa Indonesia) bak pendekar. Samurai yang terus berjuang sampai ujung dayanya. Keadilan pegangannya.

Meski di sebut bukan ‘anak kandung’ NU, kedekatannya dengan Gus Dur pasti akan mempengaruhinya.

Diotak-atik rasanya sendiri dan ujungnya, ‘gitu saja kok repot !’. Ini penting biar tak ada celah untuk masuk anasir adu domba.

Lagipula ada posisi lain yang lebih cocok utk menyalurkan instink ‘kependekarannya’. Jaksa Agung, Menteri Hukum dan HAM, atau KPK. Semoga . . . .

Lha pak Basuki Tjahaja Purnama yg dulu bisa dikatakan ‘korban’ Kiai Ma’ruf lewat fatwa MUI-nya ?

Ah . . . Orang ini telah menjadi ‘begawan’ setelah dipaksa menyepi dalam sel-nya. Jika ditanya apa tanggapannya, jangan harap ada jawaban zakelijk, terus terang.

Paling ‘Nurut lu bagaimana ?’ Kita yang tak terbiasa menakar isi hati pasti tak menemukan jawaban apa2. Tapi nanti coba lihat gestur tubuh, tatapan mata, sunggingan senyumnya. Tampak jelas kepercayaannya pada ‘Sahabat’ tak pernah luntur. Persis seperti jiwa dan rasa Kebangsaan dan Keimanan pada Tuhannya. Tak pernah pudar . . . 

Jika ada yg nanya pada saya, ‘Sampeyan sendiri bagaimana ?’

Ah ! Wong saya ini cuma seperti orang mbarang, ngamen, kemana-mana menjajakan apa saja yg saya punya. Ndak pantas untuk menilai Ulama atau Umara.

Saya cuma melihat ada ‘kebaikan’ dari pria tinggi kurus asal Solo ini. Ndak tahu melihat pakai mata ‘wadag’ atau matahati.

Lagipula saya merasa masih bau2 Wong NU. Jadi seperti biasa ‘Sami’na wa Atho’na’. Saya mendengar dan saya nurut.

Taqliq dong ?
Apa ‘dingklik’ ?. Oh ya saya perlu itu ! Kalau capek mbarang, istirahat di bawah pohon asem. Untuk duduk. Dingklik kan ? 

Pulogebang Permai, Jakarta Timur
Jum’at Pahing, 10 Agustus 2018.

 

Sumber : facebook Harun Iskandar

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed