by

Maria, Tantangan Bukan Beban

 
Maria sudah lima tahun mengabdi di pulau terluar itu. Mengalami pengalaman pahit dan manis selama mengabdi. Kondisi Pulau Palue juga tantangan sendiri bagi Maria. Tak semua daerah di Pulau Palue bisa dilalui kendaraan.
Tak jarang, Maria harus berjalan kaki puluhan kilometer, untuk sampai ke rumah warga. Ia juga harus menyusuri tebing berbatu pinggir pantai. Ada pilihan transportasi lain, seperti perahu, tapi gelombang laut tantangan berat bagi Maria. Apalagi hanya dengan perahu kecil.
Derasnya ombak menghantam bahu perahu begitu menguji adrenalin. “Situasi dan kondisi tidak bisa dikompromi. Mau tidak mau harus dijalani. Jalan kaki melewati tebing pasti sakit. Begitu pula naik kapal motor lewat laut, pasti mabuk. Semuanya saya nikmati,” ujar Maria.
Maria menyebut, tantangan bukan beban. Meski begitu banyak menghadapi tantangan. Ia tak pernah putus asa melayani masyarakat. Cuaca buruk pun tidak menjadi halangan melayani pasien yang butuh bantuan tenaga medis.
Maria menuturkan, tak ada listrik dan sinyal telepon di Pulau Palue. Untuk mengisi daya ponsel, ia harus mengantre di rumah yang memiliki genset. Maria harus berjalan jauh dari perkampungan, menuju sebuah bukit untuk mendapatkan sinyal telepon.
“Saat mau rujuk pasien, kami harus cari sinyal di tempat yang agak tinggi untuk bisa komunikasi dengan petugas di RSUD Tc Hilles Maumere,” ungkap Maria.
Maria berharap pemerintah bisa mengalirkan aliran listrik dan sinyal telepon, agar pulau tersebut tak ketinggalan informasi.
| Dikopas dari “Kisah Perawat di Pulau Terluar, Jalan Kaki Susuri Tebing Berbatu untuk Tangani Pasien”. Penulis kontributor Maumere, Nansianus Taris. Editor Dheri Agriesta, kompasdotcom, 8 Juli 2020.
(Sumber: Facebook Sunardian W)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed