Hal ini disampaikan Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang Brodjonegoro.
Dilansir Kontan.co.id, Selasa (5/5/2020) dalam artikel berjudul “Menristek sebut tipe Covid-19 di Indonesia beda dengan 3 tipe lain di dunia”, kesimpulan itu berdasar hasil analisis genom virus corona atau Whole Ghenome Sequencing (WGS) yang dikirim Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman ke portal GISAID.
GISAID, singkatan dari Global Initiative on Sharing ALL Influenza Data, merupakan inisiatif kerjasama antara pemerintah Jerman dengan organisasi nirlaba yang bertujuan untuk menyediakan akses terhadap berbagai informasi genetik virus-virus yang menyebabkan epidemi seperti flu.
GISAID telah mengumpulkan data Covid-19 dari berbagai negara. Sejauh ini, sebagian besar tipe Covid-19 yang ditemukan di dunia berjenis S, G, atau V.
Sementara di Indonesia, Bambang menyebut tipe Covid-19 yang menyebar di Tanah Air tidak termasuk dalam tiga tipe tersebut..
Pertanyaannya, apa yang membuat virus yang ada disebut Covid 19? Persamaan sequen genom atau apa? Atau karena dampak yang ditimbulkan mirip?
2. Hingga tanggal 24 Mei 2020, diungkapkan data kematian akibat Covid 19 adalah 1.372 orang. Akan sangat membantu kalau rakyat tahu berapa angka kematian yang murni karena ” Covid 19″ dan berapa pasien meninggal punya Comorbid (riwayat sakit berat lainnya). Dan yang kemudian layak dipertanyakan adalah, berapa jumlah orang yang meninggal karena penyakit lain: TBC, Kanker, Sakit Jantung, DBD. Berapa persen yang murni meninggal karena Covid? Lalu, berapa jumlah orang meninggal di Indonesia pada periode Desember 2019 – Januari – Februari 2020 sebelum ada issue Covid dan periode Maret-Mei 2020, agar kita sama-sama tahu adakah pertambahan signifikan jumlah orang meninggal di Indonesia?
Mengapa kita tak mendapatkan data ini sementara di medsos dan di berbagai media mainstream selalu muncul opini yang cenderung membuat pembaca takut karena anggapan virus Covid di Indonesia sangat berbahaya?
3. Per hari ini jumlah pasien sembuh adalah 5.402 orang. Ini sekitar 25% dari kasus positif dan 4 kali lipat lebih banyak ketimbang orang yang dianggap meninggal karena Covid. Pertanyaannya, mereka yang sembuh ini diobati dengan apa? Sementara sering muncul pernyataan “Kita harus realistis dan waspada pada Covid 19 karena belum ditemukan obatnya”. Apa yang sesungguhnya telah terjadi? Jika angka kesembuhan sangat tinggi bukankah itu sinyal kuat bahwa virus ini apapun namanya sudah bisa dikendalikan dan tak perlu ditakutkan?
4. Perlu ada kejelasan riwayat pasien yang benar-benar terbukti terpapar Virus Covid 19. Dari mana mereka terpapar? Akibat kontak dengan siapa dan pada kondisi apa? Lalu yang menulari itu juga dapat dari mana? Adakah korelasinya dengan pendatang dari LN? Jika dinyatakan virus yang di Indonesia beda, kenapa beda? Kapan dia bermutasi? Ketika ada di tubuh orang yang menularkannya pertama kali atau bagaimana? Kita perlu hasil riset yang obyektif bukan sekadar teori text book karena pesanan WHO.
Rakyat perlu mendapatkan jawaban atas semua itu sebelum Pemerintah memutuskan perpanjangan PSBB dan model new normal ke depan? Jangan sampai kita membuat ekonomi kita nyaris lumpuh dan rakyat kehilangan mata pencaharian gara-gara sebuah opini.
Para ahli, ilmuwan, media, politisi, mestinya fokus untuk mengungkap issue di atas. Jangan meloncat pada kesimpulan PSBB gagal, rakyat ngeyel, apalagi masih berpikir menyalahkan Presiden RI karena tidak membuat kebijakan lockdown.
Mari kita menjadi bangsa Indonesia yang cerdas.
(Sumber: Facebook Setyo Hajar Dewantoro, penulis adalah Guru Meditasi)
Comment