by

Mantan Muslim

Oleh: Ferizal Ramli
 

Aku sejak 1-2 tahun terakhir ini kok seperti berperan ibaratnya sebagai Romo di Gereja Tua saja, menerima banyak “pengakuan dosa” di bilik inbox Facebook-ku karena banyak di antara mereka telah memilih jalan menjadi “MANTAN MUSLIM” (bukan pindah agama, tetapi tidak beragama).

Sesuatu yang nyaris hal ini tidak pernah ku dengar dulu. Sesuatu yang aku nyaris tidak pernah percaya kalau orang beragama Islam berani memutuskan meninggalkan Islam karena mereka menganggap Islam bukan agama yang pantas dipercaya. Luar biasa bukan keberanian mereka ambil keputusan tersebut dalam perspektif seorang Islam? Hebatnya mereka umumnya kalangan amat terdidik dan mereka kaya tradisi literasi (membaca).

Mungkin anda akan mengancam mereka nanti saat matinya di akherat disiksa, lalu masuk neraka panas jahanam yang terkutuk, lalu bagi yang lelaki tidak akan dapat servis 72 bidadari yang selalu perawan suci (klo buat yang perempuan entah servis apa yang di dapat di sorga. Secara umum deskripsi detailnya lelaki lah yang akan banyak keuntungan klo masuk sorga).

Hanya bayangan anda keliru klo mereka takut ancaman itu. Mereka rileks aja. Kata mereka; sama2 ndak ada bukti mana yang benar. Tapi yang jelas mereka merasa lebih baik menjadi mantan Islam karena tidak perlu marah2 nuduh yang berbeda dengan mereka sebagai “Tafir”, “Munakif”, “Pasiq” dan tuduhan lainnya. Mereka nyaman hidup tanpa prasangka dan tanpa merasa sebagai orang yang paling suci.

“Hmmm… cara pikir yang menarik juga dari mereka!”, kataku dalam hati.

Lalu ada 1 pertanyaan menarik dari mereka kepadaku: “kok kenapa sih umat Islam itu senang sekali membuat prasangka2 yang berlebihan pada orang lain hanya karena beda dalam urusan keyakinan ritual?”

Jawabku: “Memang iya itu kebiasaan umat Islam selama berabad2 yang menjadikan Islam masuk masa kegelapan tanpa ujung. Itu sebabnya kita (muslim) ndak pernah maju. Kita (umat Islam) memang senang dengan prasangka kok merasa paling hebat jika sudah melakukan ibadah ritual tertentu. Merasa kontribusi buat dunia itu sudah terpenuhi sempurna jika sudah melakukan ibadah ritual. Ndak peduli setelah itu mereka korupsi, tipa-tipu, dll”.

“Tetapi aku pribadi yakin Islam yang kupeluk. Dikarenakan dengan Islam, spirit Tuhan itu ada dalam diriku. Islam itu menjadikan Akal Sehat dan Nuraniku seakan bisa bersatu dengan Allah SWT. Jadi, ini urusan intimasi pribadiku dengan Allah kok, dan itu kudapat dari Islam. Itu sebabnya aku Islam”, itu jawabanku atas pertanyaan mereka saat bertanya padaku apa yang membuat aku ingin selalu menjadi muslim.

“Hanya aku memang jeleh juga lihat orang Islam NGOTOT merasa paling benar sendiri dan merasa paling suci sendiri. Sibuk membuat aturan wajib jilbab, sibuk kemana2 bicara wanita pakai rok mini boleh diperkosa, sibuk buat aturan wajib sholat jamaah dan wajib baca Quran bersama di sekolah, sibuk buat aturan diskriminatif orang hapal Quran diterima PTN tanpa test, sibuk nyalah2kan miras saat ada kasus perkosaan (padahal perkosaan juga sering dilakukan ustadz di pengajian)”.

“Nah cara2 pandang simplistik dari umatnya yang seperti itu memang membuat Islam menjadi agama yang merana, terlihat memilukan! Jadi aku bisa paham kenapa kamu memutuskan menjadi mantan Islam karena kamu berefleksi pada kebodohan masyarakat Islam. Tapi klo boleh kusarankan, coba lah baca2 pemikir Islam seperti Ibn Rushd. Kamu akan tahu betapa indahnya menjadi muslim yang humanis dan berilmu. Setelah baca karya2 mereka kalau tertarik CLBK ke agama Islam maka inbox aku lagi yah”, kataku menutup pembicaraan 🙂

Dari Tepian Lembah Sungai Elbe

 

(Sumber: Facebook Ferizal Ramli)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed