Dalam hijabisasi, salah satu doktrin yang sangat jelas adalah busana-busana perempuan di Nusantara tanpa jilbab atau tanpa hijab (yaitu pakaian kepala yang menutupi leher dan seluruh rambut) adalah barbar, primitif, tidak mulia, dan tidak Islami. Mereka menanamkan standar Islam MD ke dalam benak Muslimah sejak empat dekade lalu untuk mengubah Islam yang telah ratusan tahun dipraktekkan Muslimah di Nusantara: para Muslimah yang tidak berjilbab sepanjang waktu dan hanya saat ritus salat.
Memandang busana-busana wanita Nusantara tanpa jilbab, hijab dan cadar sebagai pakaian-pakaian tidak mulia, tidak terhomat, tidak religius, tidak taat Allah, tidak mengikuti sunnah, dan tidak sesuai syariat Islam, semua ini adalah pandangan-pandangan yang rasis dan karena itu justru layak disebut sebagai Pseudo-Islam. MD dalam Islam poskolonial ini tidak lain adalah bentuk keagamaan pagan, atau musyrik, dan bertentangan dengan tauhid.
Para nenek moyang saya dan bung MIftah telah menyebarkan dan menganut Islam di Nusantara sejak berabad-abad lalu dengan berintegrasi dan mengadopsi segala kearifan setempat. Itu sebabnya bahasa-bahasa di Nusantara dari mulai Jawa, Sunda, Bugis, Aceh, dll masih tetap eksis dan terus berkembang tidak seperti nasib bahasa-bahasa Indian Amerika di Amerika. Kesenian seperti batik, sendratari, patung, gamelan dan pencak silat masih tetap lestari.
Namun, dalam suasana psikologi poskolonial, hantu-hantu genderuwo dan wewe gombel Pseudo-Islam dari masa lalu hendak dibangkitkan dalam indoktrinasi hijab yang rasis dan zalim. Bertaubatlah sebelum terlambat! 2026 sudah dekat.
***
Mari silakan sekalian jin dan dedemit pengikut Hamba-hamba Tengik Iblis, jin dan dedemit pengikut Wibu-abdi-hamba-Baal Iblis, serta kaum Setan-Alas-Fasik-Iblis, mari hai sekalian Pseudo-Muslims, marilah kemari hai hai kemari:
Mari, berilah emoticon marah, melecehkan dan menertawakan atau segala bentuk perisakan kepada saya. Golem saya sudah menunggu perintah saya untuk mentransfer pemfigus saya dkk ke desmoglein kalian yang teguh merisak, merundung dan ingin menindas saya.
Jangan dipikir saya tidak serius dan tidak dibeking oleh arwah-arwah leluhur Nusantara dan Mesopotamia saya. Ini masalah serius, yaitu masalah satu kemanusiaan, sedangkan rasisme maupun ketidaksetaraan dalam kemanusiaan adalah suatu kejahatan kemanusiaan yang ditentang Alquran, dan Rasulullah saw telah menghabiskan seluruh hidupnya untuk mengakhirinya. Saya tidak ingin menyia-nyiakan warisannya itu.
Billahifisabililhaq fastabiqulkhairat,
Sumber : Status Facebook R.A Gayatri W.Muthari.
Comment