by

Mama Papua

Risma, Walikota Surabaya, memang dikenal akrab dengan warga Papua disana. Saat listrik dan air asrama Papua di Surabaya terbelit masalah, segera disuruhnya benahi.

Banyak ‘mama-mama’ Papua yang berkunjung ke Surabaya untuk belajar berdagang dan UMKM. Kabag Humas Pemkot asal Papua. Ada lagi 2 camat dan staf, asal Papua juga. Tak heran jika Bu Risma dijuluki Mama Papua . . .

Jadi tak heran jika beliau katakan, “Tak ada itu, kami lakukan ‘dengan sengaja’ pengusiran Mahasiswa Papua di Surabaya” kata Risma. Tangkis isu tersebut. Namun tak urung Risma pun tak segan, tak malu, penuh semangat mengayomi, ‘minta maaf’. Itu memang kesalahan kami . . .

Harusnya selesai sampai disitu . . .

Ada ‘Mama Papua’ lain.

Teriakan mengejek lecehkan, ‘Monyet !’, membakar hati warga Papua dan Papua Barat. Baik yang masih mukim disana ataupun yang tersebar di seluruh pelosok negeri. Demo rusuh pun terjadi. Termasuk di Fak-fak Papua Barat.

Viral ‘Mama Papua’ yang kibar dan cium sang Dwi Warna, Merah-Putih, ditengah blokade jalan, membuat saya tergelitik. Cari sumber berita ‘asli’nya. Akun FB Muhammad Andry Rifai Ali.

Pagi tadi saya buka, tayangan video you tube itu, membuat hati tersentuh tergetar. Air mata mengalir. Entah karena bangga atau apa.

Seorang ibu hanya pakai celana pendek dan kaos oblong, berdiri tegap ‘menantang’. Teriak ‘heroik’ suarakan kata hatinya. Di tangannya tergenggam sebatang tongkat. Selembar kain berwarna ‘Gula-Kelapa’, sang saka Merah Putih. Bersih. Tak kusam lusuh dan robek2 pinggirnya seperti banyak bendera orang2 kota. Yang bahkan mungkin tak punya. Dikibar-kibarkan, disilangkan depan dada, lalu diciumnya. Gagah sekali.

Karena kita orang kampung Tanama
Orang Merah Putih
Kita pu nenek moyang
Berusaha untuk ini.
Negara Merah Putih
Jadi harus merdeka
Merdeka . . . !

Saya tidak bisa menangkap semua apa yang ‘Mama Papua’ ini teriakkan. Tapi digabung dengan aksinya yang gagah, sudah cukup bisa menggetar gelorakan rasa nasionalisme dan patriotisme saya. Kado ‘Agustus-an’ yang indah . . .

Pagi ini memang saya sedang diberi contoh, ada cara yang sederhana dan spontan untuk ‘menghibur’ hati ‘Ibu yang sedang lara’. Ketika negeri ini coba dikoyak jadi serpihan yang tak punya harga.

Mungkin tidak gagah garang seperti Singa Betina yang lindungi anak2 nya dari ancaman bahaya. Wajar saja. Karena Induk Singa ber-tubuh besar lagi kokoh memang.

Mama Papua dari kampung Tanama, Fakfak, ini justru lebih nampak anggun gagah sekaligus menyentuh kalbu hati. Layaknya Induk Ayam dengan tubuh yang cuma sekepalan tangan, lindungi ‘buah hati’nya, anak2nya, tanah tumpah darahnya, berusaha tampak tegar besar. Kembang mekar-kan sayap.

Jadi nampak terlihat gagah seperti burung dewa, Garuda. Tapi juga anggun seperti Cendrawasih, dewi para burung . . .

Betul, Mama Papua !
Setuju, Mama Papua ! 
Please, Mama Papua !

Biarkan ‘kami’ berlindung di balik mekar tegar-nya sayapmu. Kami, anak2mu, sedang di bakar. Di Adu domba. Kami ditunggu saling perang, lalu roboh bersama, teronggok jadi mayat.

Lalu mereka datang menjarah-rayah harta milik kita. Berdiri dan berpesta diatas tumpukan mayat kami.

Siapa penjarah dan perusuh ‘sesungguh’nya kita sudah sama2 tahu . . .

Ayo Mama Papua !
Kita tunjukkan kita bangsa yang Satu Teguh
Yang sedang ‘merangkak’ naik, untuk kembali jadi bangsa yang Besar.
Dan percaya kita bisa dan mampu !

Ayo Mama Papua !
Bersama kita lawan mereka !

Jika kamu lelah, tak apa biar kami yang ada di depan. Tapi jangan biarkan kami sendiri. Doa mu yang mengalir dari belakang, kami harap pasti tak pernah lelah menguatkan punggung dan hati nyali kami . . .

Ayo Mama Papua !
Kita kibarkan Merah Putih-kita !

#CintaPapua

Sumber : Status Facebook Harun Iskandar

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed