by

Mahasiswa Berhimpun di ATM Lancarkan Makar

 

Oleh: Abu Aulia

Aktivis-aktivis mahasiswa yang semula bungkam ketika Setya Novanto dan gang-nya bermanuver memperkaya diri lewat jalan yang merugikan negara, kini ternyata mulai berbicara keras lagi.  Tentu saja, mereka pilih-pilih kepada siapa mesti berbicara keras.  Kepada Presiden Jokowilah mereka berbicara keras, dan melontarkan kata-kata yang melampaui kepatutan.

Mengusung nama Aliansi Tarik Mandat (ATM), pada Hari Rabu 30 Desember 2015, mereka menggelar Seminar Refleksi Akhir Tahun dengan Tema “Catatan Kritis Pemerintahan Jokowi-JK dan Rumusan Agenda Gerakan 2016”, bertempat di Kafe Merdesa, Jalan Veteran, Jakarta Pusat.

Mereka menghadirkan Nara sumber: Munawar Khalil (Ketum PB PII, Kartika Nur Rakhman (Ketum PP KAMMI, Lidya Natalia Sartono (Ketum PP PMKRI), Nizar Ahmad Saputra (Ketum PP HIMA PERSIS), MT. Budiman (Praktisi Hukum/Direktur LBH SI), Dina Nurul Fitria (Pengamat Ekonomi), Dr. Ali Mahsun (Ketum APKLI), Syamsuddin Anggir Monde (Ketum GETAR), M. Hatta Taliwang (Pengamat Politik), Haris Rusli (Petisi 28), Ijal Rizal (Ketum KOBAR), Karman BM (Ketum PP GPII, Beni Pramula (Ketum DPP IMM), Aminullah Siagian (Ketum PP HIMMAH), Ervan Nurmansyah (Ketum AMARA).

Beni Pramula Presidium ATM yang juga ketua Umum DPP IMM dalam sambutannya mengatakan, “Selama setahun lebih kepemimpinan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla hingga saat ini belum membuahkan hasil apapun untuk kemakmuran rakyat. Padahal, lanjut Beni, rakyat menaruh harapan besar kepada Presiden sejak jauh sebelum dia menduduki tahtanya.”

“Lihatlah Setahun memimpin, Rakyat Indonesia harus mengubur harapan atas janji-janji kampanye yang manis itu. Semangat Pancasila tak lagi menjadi spirit, Trisakti Jokowi telah Mati, Nawacita jadi Dukacita. Kedaulatan semakin jauh dari kenyataan. Kebijakan ekonomi di bawah pemerintahan Jokowi-JK malah semakin liberal,” kata Beni.

Selain itu, ia juga menilai kepemimpinan Jokowi menyebabkan kondisi politik malah menjadi semakin gaduh tak terkendali. Hal itu terjadi karena pemerintah hanya mengeluarkan kebijakan yang jelas mengedepankan kepentingan politik pribadinya sendiri.

“Selama memimpin, politik makin gaduh. Leadership lemah. Republik Indonesia di Era Jokowi, layaknya Republik multipilot. Jokowi tak bisa melepaskan diri dari kepentingan elite politik dan para pemilik modal besar di belakangnya,” ungkap Beni.

Oleh sebab itu, menurutnya dengan mempertahankan Pemerintahan hari ini, bangsa dikhawatirkan akan menanggung dosa sejarah di kemudian hari karena telah melakukan pembiaran terhadap kezaliman yang nyata.

“Inilah saatnya untuk menyelamatkan NKRI dari pemimpin khianat yang tak patut ditaati. Mahasiswa, para pemuda saatnya kita bersatu mencerahkan kehidupan berbangsa, jangan lagi mau dipecah belah. Ayo turun tangan semua, kita bergandengan untuk menyelamatkan NKRI. Perbaiki sistem. Maka, kami bangkit dan melawan, menuju bangsa merdeka, berdaulat, adil, dan makmur,” tegas Beni.

Kata-kata provokatif yang dilontarkan Beni jelas menunjukkan niatan makar kepada pemerintahan yang sah, dengan alasan yang sama sekali tidak akurat. Bisa dimaklumi, Beni merepesentasikan kelompok mahasiswa yang berafiliasi pada kekuatan politik yang memang ingin melengserkan Presiden Jokowi. Tak penting soal argumentasi, bagi mereka yang penting adalah bersuara keras. Tentu, keberadaan mahasiswa yang menggadaikan intelektualitas dan idealisme seperti ini sungguh memalukan.  Aparat penegak hukum perlu bersikap tegas, agar mahasiswa seperti ini tahu bedanya mengkritik dan berbuat makar.

 

Sumber: piyunganonline.com

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed