by

Mahasiswa Banci Hingga Jodoh Pun Minta Subsidi

Oleh: Alan Budiman

Ada yang pernah lihat mahasiswa demo? Banyak ya. Pernah terpikir ga, manfaat dari demo itu apa? Idealnya menyampaikan aspirasi. Tapi apakah caranya harus dengan cara demo? Masih relevankah demo di tahun sekarang?

Dulu mahasiswa dan masyarakat turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasi karena semua media dibungkam. Tapi kalau sekarang kan bebas, kita punya naskah opini atau apapun bisa dikirim ke koran. Kalau susah menembus media mainstream bisa lewat sosial media seperti facebook, twitter, Kompasiana, blog, dan sebagainya. Nah, saat mahasiswa masih turun ke jalan untuk menyampaikan aspirasi, ini kan ibarat kita hidup di tahun 2015 tapi masih menggunakan cara-cara tahun 90an. Bayangin saat semua orang naik haji menggunakan pesawat, tapi masih ada sekumpulan orang yang menggunakan kapal laut. Kan aneh?! Atau menggunakan wartel padahal handphone di tangan pulsanya masih full.

Tapi, bisa saja mahasiswa yang melakukan demonstrasi itu memang merupakan kategori mahasiswa tidak mampu. Mirip seperti orang yang di tahun ini masih belum punya handphone, jadi harus ke wartel. Mungkin karena tinggal di pelosok negeri dan seterusnya. Kalau analoginya begitu, apakah bisa disimpulkan mahasiswa yang hobi demo itu otaknya kurang modern untuk bisa menembus media mainstream atau membuat akun sosial media? Silahkan dinilai sendiri.

Di luar soal menyampaikan aspirasi, sebenarnya ada kemungkinan demonstrasi dilakukan untuk tujuan eksistensi, ingin diakui. Demo dengan kostum dan spanduk yang menurut mereka keren, foto-foto lalu upload ke sosial media. Inikah eksistensi? Lihat saja mahasiswa rutin melakukan demo pada hari-hari nasional seperti Sumpah Pemuda dan sebagainya. Setiap tahun ada saja yang turun ke jalan dengan materi yang sama saja. Emang ada gunanya? Apa demonstrasi sudah menjadi cara wajib dalam merayakan hari nasional? Kenapa ga sekalian kalau ada temanmu ulang tahun, rayakan saja dengan cara demonstrasi menutup jalan.

Andai teman-teman mahasiswa membuat artikel atau mengadakan diskusi tentang suatu topik lalu hasilnya diupload ke youtube, rasanya akan lebih menarik. Masyarakat pasti lebih mengapresiasi aksi semacam itu dibanding demonstrasi, terlepas rusuh atau damai tetap saja mengganggu. Ya kecuali kalian demo di dalam kampus, itu lain lagi ceritanya.

Tapi yang kita lihat sekarang kan ga begitu. Mahasiswa masih lebih suka demonstrasi. Apakah semua orang yang turun ke jalan itu mengerti tentang yang ingin disampaikan? Belum tentu. Apakah leader mereka tau betul apa yang mereka bicarakan? Pun belum tentu. Media hanya akan meliput “mahasiswa menolak titik-titik” ya sudah, begitu saja.

Apalagi baru-baru ini saya melihat gambar aksi yang sebenarnya lucu tapi sekaligus miris, sedangkal itu kah kualitas berpikir mahasiswa di negara ini? 

Ngapain aja mereka selama ini? Sibuk pacaran? Baru diputusin cowoknya atau gimana? Apa hubungannya asap dengan jodoh? Apa mereka nuntut jodoh ke pemerintah juga? Mau minta disubsidi? Sini sama saya aja empat-empatnya, mau ditampung dan diberdayakan, biar full kuotanya.

Mungkin mereka pikir itu keren. Sama seperti saat mereka melakukan aksi demonstrasi, dikira keren, menganggap diri sedang membela rakyat. Padahal masyarakat terganggu dengan ulah mereka.

Apalagi foto mahasiswa yang mengenakan pakaian dalam wanita, itu maksudnya apa? Yang seperti itu mau dibilang keren? Coba dipikir deh, lelaki macam apa yang mengenakan pakaian dalam wanita di tempat umum? Bahkan wariapun saya rasa ga segitunya.

Sampai sekarang saya masih berpikir apakah demonstrasi masih perlu dilakukan di era yang serba terbuka? Pemerintah sudah sediakan website laporpresiden, sosial media sedemikan banyaknya, mengapa untuk menyalurkan aspirasi masih harus turun ke jalan? Membuat macet dan bakar-bakar ban bekas.

Selain menuliskan opini, bisa dengan cara komunikasi dengan pihak terkait. Ajak debat, ajak diskusi. Kadang tak harus sekelas menteri, bisa utusannya semisal staf atau malah bisa saja dosen yang ada di kampus masing-masing, yang penting mengerti topik yang sedang ingin dibahas. Tunjukkan bahwa kalian punya kualitas dan solusi untuk negara ini.

 

(Artikel diambil dari Kompasiana)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed