by

Mahal

4. Iyah kainnya memang gitu-gitu ajah. Lah kalau begini begitu nanti sampeyan mbengok/teriak lagi: Kok mahaaal???!!! Lah konsekuensi yang mana yang perlu diikuti, hati nurani sampeyan? Masak standar pemerintah mematok suatu kebijakan berdasar angin berhembus, ga pakai survey, FGD, verifikasi, dsb. Coba kita sendiri yang menenun, boyok bisa encok kan? Atau melorod kain batik, walah bisa-bisa misuh ga karuan. “Sego sak pincuk” makian khas Suroboyo bakal keluar ye, tak?

5. Iyah sama sekali betul, ongkos pekerja Indonesia itu lebih murah dibanding pekerja luar negeri yang standarisasinya per jam. Lah para pekerja kita kalau kerja di sana mengikuti standar di sana juga kan. Ayolah bantu pemerintah, jangan menyalahkan tok agar biaya pekerja lokal di negara sampeyan berpijak ini dihargai. Tapi yah gitu, jangan komplain terus jika nanti harga koper atau kain-kain atau UKM bakal menyamai bahkan lebih standar harganya dari negeri yang sampeyan agung-agungkan itu.

6. Sampeyan minat, bagilah rizki dengan para pedagang dan pembuat kain atau tas atau koper itu. Loh itu namanya manusia yang bermanfaat. Mereka cari untung yah wajar karena punya banyak mulut yang harus dikasih makan dan anak-anak yang wajib bersekolah. Sampeyan sebar uang ke mereka, ada guru sekolah/ngaji yang dapat rizki dari situ, pedagang sayur yang diciprati rizki, ada tukang ojek yang menerima uang karena mengantar ke pasar atau sekolah, ada tetangga yang dagang makanan minumnya dibeli untuk sarapan, ada doa orangtua dan mertua, juga istri dan sanak saudara yang dapat rizki dari situ. Naaah, itu namanya efek rizki yang dipanjangkan. Monggo dipikirkan. Patut juga digarisbawahi, bahwa mereka betul-betul bekerja menyambung rizki dan hidup dari tebaran rizki Allah di bumi-Nya melalui sampeyan. Iya toh… bukanlah mereka bekerja keras untuk membangun mall. Mereka bahkan terkaget-kaget masuk ke dalamnya kalau sampeyan tahu.

Wis, itu dulu karena kalau dibiarkan saya bisa nyerocos timpuk sana-sini sampeyan bakal bersih nanti karena dicuci tanpa *inso atau *aia… monggo digagas kemawon. Bener atau engga saya pulangkan ke hati nurani sampeyan, at least: do not speak up if you never know how hard they struggle with the situation every minutes they have. Never give your comment up on their efforts, you have no rights, at all!

Monggo sholat atau maem dulu, saya tak maem soto Banjar yang edun pisan ini.

Sumber : Status Facebook Luna Dan Erna Sutisna

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed