by

Lonte Naik Panggung

“Betul, itu yang di era e-commerce disebut endorse, Ji.” Cak Jumali menegaskan.

“Artinya para pendagang lonte, tanpa perlu membayar, mereka telah mendapat endorse dari para juru dakwah yang sedang viral di media sosial itu.” Samuji menimpali.

Samuji yang biasanya berseberangan pendapat dengan Cak Jumali, baru kali ini, ketika berbicara soal lonte kompak dan saling mendukung. “Jancuk!” pisukuh dalam hati.

“Aku tak suka produk ini dibawa naik ke panggung, apalagi ada revolusi lonte segala!” kata Cak Jumali dengan wajah serius.

“Mengapa begitu, Cak?” Samuji penasaran.

“Sebagai penikmat lonte, membawanya ke panggung pengajian akan membuatnya menjadi buruan publik dan harganya segera meroket mengikuti permintaan yang semakin tinggi, Ji.”

“Cak Jumali juga penikmat lonte?” Tanyaku tak percaya.

“Iya, hampir setiap hari aku menikmati lonte,” jawabnya tanpa ragu.

“Di mana biasa membeli lonte, Cak?” Tanya Samuji sambil tersenyum jorok.

“Di pojok pasar, di sebelah toko kemenyan.”

“Sebelah toko kemenyan itu kan penjual sarapan?” Tanyaku penasaran.

“Iya, di situlah aku biasa sarapan lonte, lontang dan sate?” Jawabnya cengengesan.

“Jangkrik!” Pisuhku diikuti ledakan tawa mereka berdua.

Sumber : Status Facebook Makinuddin Samin

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed