by

Lihat Kemana Jonru Bergerak

Oleh: Denny Siregar
 

Memahami peta politik di luar negeri sejatinya akan menambah pengetahuan terhadap peta politik di Indonesia.

Sejak awal perang Suriah di tahun 2011, dunia terbelah menjadi dua kelompok besar. Blok barat dan blok timur. Blok barat diwakili oleh AS, uni Eropa, Turki dan sebagian negara Arab seperti Saudi dan Qatar.

Sedangkan Timur diwakili Rusia, China, Iran, Suriah dan sebagian negara Amerika latin seperti Venezuela.

Perang Suriah sebenarnya membuka dengan jelas siapa saja yang bermain di sana. Hillary Clinton dengan terang benderang mengatakan bahwa merekalah yang membidani kelahiran ISIS, sedangkan Turki yang berbatasan langsung dengan Suriah adalah tempat pelatihan bagi kaum radikal sebelum melepas mereka ke Suriah. Bukti2 baik melalui dokumen maupun youtube menjelaskan darimana senjata ISIS sampai kendaraan yang mereka pergunakan dan negara mana saja yang menampung minyak curian ISIS dari pemerintah Suriah.

Supaya ga kelihatan, dibuatlah perang2an. Blok barat bermain perang yang gak pernah selesai dgn ISIS, sekalian memasok senjata utk mereka supaya bisa menumbangkan pemerintahan Bashar Assad. Perang betulan baru dirasakan ISIS sesudah Rusia dan Iran – melalui Hezbullah – turun dan menggempur mereka sehingga mereka lari kembali ke Turki dan Eropa menyusup di antara pengungsi.

Jadi menarik ketika kita tarik ke Indonesia, dimana posisi negara kita ?

Sejak Jokowi mendeklarasikan kemerdekaan Palestina dan Menlu Retno meresmikan konsulat Indonesia di Ramallah – beliau dihalang2i Israel masuk Palestina – maka jelaslah posisi Indonesia. Apalagi Menlu Retno secara spontan menolak permintaan Saudi utk bergabung di aliansi teroris yg mereka bikin.

Menlu Retno sangat paham bahwa yg dimaksud teroris oleh Saudi itu adalah Suriah dan Yaman. Indonesia mau diseret ke arah kepentingan mereka. Menariknya, Indonesia tidak menolak ketika diajak kerjasama menangani radikalisme oleh Rusia.

Indonesia boleh saja menjadi negara non blok atau tidak memihak salah satu blok yang ada, tetapi langkah Indonesia sangat terlihat lebih condong ke blok yang mana.

Seperti prediksi saya sebelum pilpres 2014, bahwa pilpres pada waktu itu adalah pilpres yang berbahaya karena dua kepentingan luar negeri beradu.

Dan kita melihat dengan waras, kenapa Jokowi selalu saja salah di mata mereka. Pertarungan arah politik luar negeri masih berlangsung. Kalau perlu, mereka ingin mengkudeta Jokowi. Tinggal Jokowi mau dituding apa spy rakyat mudah di provokasi ? Kalau Bashar Assad yang sunni dituding syiah, Jokowi lebih mudah dituding sebagai PKI. Dan itu pas, karena Rusia dan China dulu dikenal sebagai negara komunis.

Jadi jangan pernah naif dan berkata, ” Sudahlah urus saja negara kita sendiri. Jauh amat ngurusin kudeta Turki..” Kalau tidak paham situasi luar negeri, maka anda akan terseret karena ketidak-tahuan terhadap situasi dalam negeri dan kemana mereka akan membawa kita..

Mudah mem-filternya. Fansnya Prabowo, biasanya juga ada dalam barisan pendukung Saudi dan Erdogan Turki. Mereka benci banget ma Jokowi apalagi Ahok.

Sekali-sekali seruputlah secangkir kopi, untuk menghadapi fans Erdogan yang galak2.

Seperti kata pepatah, untuk melihat yang benar dan mana yang salah, lihat kemana Jonru berpihak dan pilihlah lawannya…

Eaaaaaaa…

(Sumber: dennysiregar.com)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed