by

Lanjut, Babi Guling, Arak dan Tuak

ENTAH mengapa setiap kali ada wacana dan sebutan “Wisata Halal” terbayang wisata yang sebaliknya yaitu “Wisata Haram”.
Halal Haram berkonotasi pada keyakinan Muslim. Artinya kawasan wisata yang masyarakatnya non muslim disebut kawasan “Wisata Haram” ?
Ini bikin warga pelaku pariwisata di kawasan mayoritas non muslim naik tensi. Naik pitam.
Ketua PHRI (Persatuan Hotel dan Restoran Indnonesia) Bali yang juga sekaligus Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati menyatakan bahwa konsep Parwisata Halal yang disuarakan calon wakil presiden Sandiaga Uno tidak cocok dikembangkan di Bali.
“Konsep pariwisata halal tidak sesuai dengan potensi, karakter, serta branding pariwisata Bali – yang selama ini telah mendunia,” ujar pria yang akrab disapa Cok Ace tersebut pada Senin (25/2) malam di Denpasar, Bali.
“Jika konsep itu dipaksakan di Bali malah akan menyebabkan kemunduran pariwisata Bali. Karena inilah maka semua pelaku pariwisata di Bali menolak konsep pariwisata halal itu,” tambahnya.
Ketua Bidang UMKM Partai NasDem Niluh Djelantik, menyuarakan lebih lantang penolakan – tak hanya terhadap rencana wisata halal di Bali melainkan juga wilayah destinasi mayoritas non muslim lainnya.
“Pokoknya ingat pesan kami. Tidak perlu utak-atik Bali, NTT, Toba, Toraja, dan daerah-daerah lain yang sudah puluhan tahun menjadi magnet pariwisata Indonesia dengan karakter dan budayanya,” kata Niluh dalam laman Facebook resminya.
Dia menulis status di laman facebooknya: JANGAN UTAK-ATIK BALI.
Begini kutipan selengkapnya dari pemilik akun Niluh Putu Ary Pertami Djelantik itu :
Kita lihat apa yang mau dibahasnya.
Ingat Mas Menteri. Kami menolak wacana Wisata Halal dan Program Oke Oce. Pantai akan terus berbikini dan babi guling tetap jadi andalan kami. Arak dan Tuak akan tetap jadi minuman favorit kami.
Sebelum kamu lahir tanah kelahiran kami sudah mendunia. Pariwisata yang jadi andalan nomor 2 negeri ini. 70% nya adalah Bali. Ingat masukanku tentang bikin sistem IT yang bagus. Bikin kayak Google map. Jadikan teknologi sumber informasi destinasi yang wisatawan inginkan. Direktori tempat ibadah. Tempat makan. Tempat belanja. Tempat berenang pake bikini. Tempat nongkrong. Tempat Yoga. Anything. Indonesia itu besar. Potensinya juga sangat besar. Fokus di SDM nya.
Gak perlu bawa wacana halal haram disini. Gak perlu jadikan Bali sapi perah yang dimasa pandemi melanda justru paling kondisinya paling parah.
Jangan utak-atik Bali.
Aku akan terus bersuara.
Paham Mas Menteri ?
Jadi Menteri Pariwisata di zaman pandemi bukan hal yang mudah. Posisimu sangat krusial. Pake ide yang “out of the box” tanpa harus mengkotak-kotakkan.
Duduk bersama pelaku pariwisata dan ekonomi kreatif di 34 propinsi. Tak cukup hanya dengan kepala dinas saja.
Mereka bisa kasi kamu input berharga dengan biaya minimal. Bahkan gratis. Anggaran yang kementrian punya gunakan untuk pemberdayaan. RESULT ORIENTED. Bukan cuma jadi ajang bakar uang.
Karena duit yang kamu gunakan bukan diambil dari daun pohon kamboja. Anggaran kementrian adalah uang negara. Gunakan Rp. 4,9 Triliun dengan bijak untuk pemulihan pariwisata fokus pada “Experience Destination” ( manjakan wisatawan domestik ). “Quality tourism” berbasis budaya kearifan lokal. Pemberdayaan SDM Ekonomi kreatif go digital.
Kalau Mas Menteri udah dikasi masukan gratis sama tukang sepatu masih juga masih gak mau tahu.
Itu namanya TERLALU
Tar diresafel trus gak bisa nyalon 2024 Mas Menteri bisa nangis sambil gigit sprei di bawah pohon bambu.
Demikian Niluh Djelantik
Sumber : Status Facebook Supriyanto Martosuwito

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed