by

Langkah Kuda Jokowi

 

Oleh: Denny Siregar

Sekali lagi Presiden menunjukkan bahwa ia pemain catur yang lihai. Gerakannya mendorong kasus Setnov ke MKD lebih dahulu daripada hukum, menuai hasil. Bukan karena ia percaya pada MKD, tetapi karena ia ingin membuka kasus itu lebih luas ke masyarakat.

Bisa dibilang inilah wujud pengadilan jalanan dari rakyat. Sanksi sosial dari masyarakat melalui netizen membuat banyak pihak di DPR mau tidak mau harus berdiri untuk ‪#‎Save‬ DPR. Mereka tergerak untuk menyelamatkan DPR bukan karena mereka benar-benar ingin DPR selamat, tetapi untuk mencari muka kepada rakyat. Mereka tidak ingin dianggap menghianati rakyat, karena harganya bisa sangat mahal berkaitan dengan perolehan suara partai dalam pemilu-pemilu kedepannya.

Dengan hanya menggerakkan satu bidak saja, Pakde sudah membuat mereka saling memakan. Setnov jatuh atau kalian yang malu, begitu pilihannya. DPR seperti makan buah simalakama, gak dimakan Ibas mati, dimakan Nassar yang mati.

Dan benar saja, tekanan yang kuat membuat para anggota DPR, baik yang tergabung di MKD maupun bukan, membuat mereka terbelah dan saling bertarung. Para pimpinan partai terus menekan anggotanya untuk berbuat sesuatu disana. Setya Novanto yang terkenal licin itu dihadapkan dengan sesama serigala lainnya.

Bisa dibayangkan berapa rupiah yang harus ia tebar untuk mengamankan posisinya. Karena itulah ia masih saja percaya diri bahwa ia akan lolos pada detik-detik terakhir, karena menurutnya semua masih bisa dibeli. Yang ia tidak antisipasi ada yang tidak bisa dia beli, yaitu keinginan kuat partai-partai untuk menyelamatkan diri.

Lihatlah, bahkan Gerindra saja sampai harus bermain di dua kaki. Satu kaki membela Setnov mati-matian, satu kaki lagi dimainkan Desmond J. Mahesa dengan terus mengkritik Setnov seakan-akan mengabaikan perintah bos besarnya. Mereka bingung harus melakukan apa sebenarnya.

Dengan mundurnya Setnov dari Ketua apakah kasus ini selesai? Ya, belum. Tapi itu sudah bukan urusan Presiden lagi, sudah bukan urusan politik. Biarkan Kejagung menyelesaikan tugasnya di ranah hukum. Permainan catur Presiden kepada Setnov sudah selesai. Setnov membereskan papan catur yang berserakan dengan tubuh dipenuhi ter dan bulu, kayak pemain poker yang ketahuan menipu di komik Lucky Luke.

Urusan Riza Chalid juga sudah bukan urusan Presiden, karena ia bukan pejabat pemerintah. Dan sudah tidak penting lagi, karena Riza sedang sibuk sembunyi. Mungkin ia sekarang sedang menyamar sebagai blangkon atau sepato bot, karena diburu polisi.

Poin pentingnya disini, Presiden sudah berhasil mengubrak abrik posisi mereka yang berpotensi makar kepada dirinya karena memegang kekuasaan dan uang yang berlimpah. Selagi Setnov sedang diarak ter dan bulu, Presiden merayakannya dengan ketawa-ketawa bersama Jolly Jumper dan para komedian di istana. Sungguh menghinakan.

Inilah langkah-langkah kuda yang mematikan yang sulit diprediksi bagaimana dia menyerang, karena ketika kuda bergerak dia tidak mempunyai penghalang. Ia bisa melompati semua bidak dan melakukan gerak mengunci semua sisi. Setya Novanto benar-benar kena batunya kali ini. Ia yang terkenal sangat licin dan sulit tersentuh, harus mengakui dengan kepala tertunduk bahwa ia kalah kali ini. Lihat saja wawancaranya di TV One tadi malam, suaranya serak dan lelah. Matanya terlihat sedikit berkaca-kaca.

Tapi ia pasti tidak menyerah. Ia akan masuk ke kamar mandi dan berkaca sambil menggeretakkan geraham lalu membentur-benturkan kepalanya sambil menggeram, “Dia lagi … Dia lagiiii … Awassss ya kamu. Iya, kamu. Kamu akan ku ….” sambil menangkup jari-jari tangannya seakan-akan sedang meremas sesuatu.

 

Sumber: dennysiregar.com

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed