by

Lahan Sumber Waras Yang Mereka Ributkan

Keluarganya mungkin sudah menyerah. Tapi Allah belum juga menjemputnya. Di kamar yang kusam dan sempit itu, mereka terbaring dengan rasa sakit. Dia menunggu malaikat maut datang menghampiri dipannya yang reot.

Sebuah kematian dalam hidup yang buram di kamar yang suram.

Ahok berusaha memperhatikan bukan saja pasien yang bisa diobati. Bahkan pasien yang secara medis tidak punya harapan hidup pun, juga diperhatikan.

Agar orang bisa meninggal dalam suasana yang layak.

Saya jadi teringat spanduk-spanduk di beberapa mesjid yang menolak mensholatkan jenazah. Saya juga teringat twit Tengku Zulkarnaen yang menyerukan kepada semua cecungguknya untuk juga tidak mensholatkan mereka yang memilih Ahok.

Padahal Islam mengajarkan manusia menghormati jenazah. Bahkan Rasulullah yang mulia berdiri takzim ketika ada iringan pembawa jenazah lewat di depannya.

Nah, di Jakarta ada Gubernur non-muslim yang hendak meniru akhlak Rasul. Dia berusaha memuliakan jenazah. Dia berusaha membuat sarana agar di ujung usianya, orang bisa meninggal dengan kondisi yang layak. Dalam lingkungan yang baik.

Tentu saja semua warga DKI berhak mendapat fasilitas itu. Siapapun yang dicoblosnya dalam Pilkada. Appaun pilihan politiknya.

Tapi di sisi lain ada sebagian mahluk yang mengaku pengikut Nabi, justru mencibir ajarannya. Mereka terang-terangan ingin menistakan jenazah. Di ujung alasan itu hanya untuk berebut kue APBD Rp 100 triliun.

Jika kepada orang mati saja mereka bisa berlaku seperti itu, bagaimana mungkin mereka mampu mengurus orang yang masih hidup? **

Sumber : facebook Eko Kunthadi

 

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed