by

Kultum

Usai Kultum salah satu jamaah menghampiri dosen tersebut. Sepengetahuan saya jamaah ini tergolong rajin ke masjid hanya saya nyaris tidak pernah melihat berbincang dengan jamaah lain kala di masjid. Langkahnya ketika ke masjid selalu cepat bersemangat dengan celana sedikit terbuka mata kakinya. Sekali saya pernah melihat ia khusuk di salah satu sudut masjid membaca buku tentang syariat berpuasa. Kepada dosen tersebut dia bertanya, yang intinya kenapa bersyariat tidak mengikuti satu madzhab saja agar umat tidak bingung?

Oleh dosen tersebut dijawab, kalau tradisi di pesantren, pengalaman saya dulu ada tingkatan-tingkatan seorang santri belajar agama. Untuk tingkatan paling rendah, biasanya usia-usia SD santri hanya diajarkan satu pendapat saja dalam satu madzhab. Meningkat satu tingkatan, usia-usia SMP, santri diajarkan beberapa perbedaan pendapat, tetapi masih dalam satu madzhab. Tingkatan di atasnya lagi baru diajarkan beragam pendapat lintas madzhab. Karena Islam itu satu, Qur’annya satu, tetapi tafsirnya tidak tunggal. Imam syafi’i bilang, “pendapat saya bisa jadi benar, tetapi barangkali mengandung kesalahan, sebaliknya pendapat yang lain salah, tetapi bisa jadi mengandung kebenaran”. Karena kebenaran mutlak itu hanya milik Allah.

Jamaah itupun terdiam, dan kami pun berpamitan seiring merekahnya matahari pagi.

Sumber : Status Facebook Fuad Adi

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed