LOKALITAS..
Ikut mendorong kritik thdp pemda setempat jika pelayanan publik belum bagus. Saya ingat saat 2015 ngurus surat Kinthil untuk nikah, karena domisili ibuk di Semarang, saya dipersulit. Dipingpong ke satu ruangan ke ruangan yang laen dan ujungnya diminta duit “seikhlasnya”
Saya tentu saja melawan. Karena tau bahwa beliau2 itu bisa jd birokrat yang baek. Saya foto mereka dan berkata agak keras kepada bapak dan ibu warga yang sedang antri, supaya jangan bersedia ngisi kotak “seikhlasnya”. walo Pak Lurahnya kemudian keluar ruangan sambil nanya.
“Sampeyan itu ABRI atau orang pusat?”
Karena rambut saya cepak
Saya katakan jika saya hanya warga biasa. Mosok harus bilang kenal si A atau si B secara langsung, ntar beliau malah ketakutan
Dan seharusnya sebagai lurah tidak membeda2kan warga. Hanya karena sesama aparat negara trus saya dibaikin misalnya.
Saya dengar, kritik dan keluhan saya ke kantor walikota lalu dilakukan juga oleh sekian banyak warga. Awal tahun ini nganter ibuk ke kelurahan. Mendapati pelayanan “ping pong” sudah tak ada. Berganti dengan meja khas teller bank. Mengikuti perbaikan pelayanan di kantor2 kecamatan di kota Semarang
Sebagai warga negara yang baek kita jangan mau ditekan atau ditakut2i oleh oknum birokrat yang ujungnya minta duit pungli. Apalagi saat ini ikhtiar pemerintah membentuk birokrasi yang bersih sangat kuat
Saya harus apresiasi walikota Semarang yang sangat kuat usahanya memperbaiki pelayanan publik di Semarang. Walo saya ya ngga tau apa integritas beliau bagus atau tidak. Karena itu soal lain
Demikian mas dan mbak oposisi..
Sumber : Status Facebook Damar Wicaksono
Comment