by

Kritik Atas Ceramah Dr Zakir Naik

Al-Qur’an dan Sains

Tema favorit lain adalah soal ketidakotentikan Alkitab. Biasanya, dia membeberkan ayat-ayat dalam Alkitab yang dianggapnya saling bertentangan satu sama lain atau tidak sesuai dengan sejarah atau sains. Ini tema klasik tentang tahrif (falsifikasi) yang diulang-ulang, dan kembali ditonjolkan dalam debat-debat yang dilakukan oleh Rahmatullah Kairanawi di India dan Deedat di Afrika Selatan. Saya juga tak perlu mengulangnya di sini.

Karena tujuan Naik adalah untuk memperlihatkan superioritas Islam, maka “problem Alkitab” itu dikontraskan dengan al-Qur’an. Misalnya, dia katakan bahwa jika Alkitab penuh dengan kontradiksi, tidak demikian halnya dengan al-Qur’an. Kemudian dia mengutip ayat al-Qur’an, misalnya surat al-Nisa (4) ayat 82: “Apakah mereka tidak memperhatikan al-Qur’an? Kalau kiranya al-Qur’an itu bukan dari Allah, maka mereka akan temukan pertentangan yang banyak di dalamnya.”

Sebenarnya ini cara berargumen yang kacau. Untuk menilai konsistensi Kitab Suci agama lain, Naik menelisik pertentangan ayat-ayat di dalamnya. Tapi, terkait Kitab Sucinya sendiri, pembuktiannya diambil dari pernyataan Kitab Suci itu sendiri, bukan dari penelitian atas konsistensi sikap atau posisi al-Qur’an dalam kasus tertentu. Faktanya, sebagaimana Kitab Suci lain, al-Qur’an juga mengandung ayat-ayat yang bertentangan satu sama lain, sehingga dikembangkan konsep naskh (abrogasi).

Selain konsep abrogasi, para ulama Muslim mencoba menyelesaikan pertentangan (ta’arud) tersebut dengan melihat konteks turunnya ayat, yang dikenal dengan asbab al-nuzul. Di sini bukan tempatnya untuk mendiskusikan dua strategi yang dikembangkan oleh ulama untuk mengatasi inkonsistensi dalam al-Qur’an.

Yang lebih menarik sebenarnya adalah ceramah Naik soal kesesuaian al-Qur’an dengan sains. Lagi-lagi, tema ini sudah dibahas oleh banyak orang termasuk, yang paling terkenal, Dr. Maurice Bucaille, berjudul Le Bible, le Coran et la Science (1976). Dalam ceramahnya “Qur’an and Modern Science: Conflict or Conciliation” (1996), yang kemudian dibukukan berjudul The Qur’an and Science: Compatible or Incompatible?, Naik mengkonstatir bahwa al-Qur’an bukan hanya sesuai dengan sains tapi juga telah mengantisipasi penemuan-penemuan saintifik mutakhir.

Namun demikian, dia sama sekali tidak menyinggung kenyataan bahwa banyak penemuan saintifik itu dilakukan oleh sarjana-sarjana non-Muslim, bukan mereka yang mengimani al-Qur’an. Tujuannya semata untuk menunjukkan bahwa keilahian asal-usul al-Qur’an dapat dibuktikan (ini menurutnya!) oleh penemuan-penemuan saintifik. Dia memulai ceramahnya dengan menyebut keterbatasan Kitab Suci agama lain dan membandingkannya dengan universalitas al-Qur’an.

Naik tidak menyadari bahwa sebenarnya cukup berbahaya membuktikan keilahian asal-muasal al-Qur’an dengan kesesuaiannya dengan sains. Sebab, sains itu akan terus berkembang, bahkan kerapkali memunculkan kesimpulan saintifik yang sama sekali berbeda dari sebelumnya. Tapi, Naik tidak peduli dengan hal seperti ini karena tujuan apologetiknya untuk menunjukkan al-Qur’an itu sesuai dengan sains, sementara Alkitab penuh dengan ketidakakuratan secara saintifik.

Kita bisa bertanya, sejak kapan al-Qur’an menjadi buku sains? Berbagai contoh “saintifik” al-Qur’an yang dikemukakan Naik sebenarnya bersifat sangat elementer. Misalnya, istilah-istilah yang digunakan al-Qur’an terkait penciptaan manusia, seperti nutfah, ‘alaqah, mudghah. Atau, soal pertumbuhan yang digambarkan al-Qur’an secara “saintifik”, misalnya turun hujan dan baru muncul tumbuhan. Naik kemudian berkesimpulan bahwa tidak ada pertentangan al-Qur’an dengan sains.

Terhadap contoh-contoh itu, kita katakan betul. Tapi, bukankah istilah dan data “saintifik” tersebut sangat elementer? Kita tak perlu wahyu kalau hanya untuk mengetahui pengetahuan umum tersebut. Naik juga perlu menjawab pertanyaan ini: Bagaimana dengan deskripsi mukjizat yang dibenarkan oleh al-Qur’an? Bukankah semua itu tidak saintifik? Saya kira, Naik akan menjawab: Wa Allahu a’lam bi al-shawab.

Sumber : Geo Times

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed