by

Konspirasi?

Bumi sebagai tempat tinggal memang tak pernah membesar. Bumi memiliki daya tampung yang terbatas. Disisi lain jumlah manusia semakin membesar dan semakin tak terkendali adalah fakta yang terjadi hari ini.

Fakta yang lain adalah, manusia belum memiliki alternatif tempat tinggal selain di bumi. Belum ada teknologi membuat kita dapat mencari lahan diluar bumi.

Lantas akankah ini akan terus dibiarkan dimana disisi lain tak ada satupun negara atau sistem dapat memaksakan pembatasan tersebut?

Demi keberlangsungan ras manusia yang bila dilihat dari umur yang relatif masih sangat muda (4 juta tahun) dibandingkan dengan umur bumi itu sendiri (4 miliar tahun) tentu harus dan akan menjadi perhatian banyak pihak.

Ras Dinosaurus, sama dengan ras manusia dalam hal penguasa bumi misalnya, musnah sekitar 65 juta tahun yang lalu setelah berkuasa selama 135 juta tahun.

Ras itu musnah bukan karena sebab over populasi, dia musnah akibat tumbukan meteor seukuran 10 Km persegi di semenanjung Yukatan sekitar 65 juta tahun yang lalu.

Kini ras yang baru berusia 4 juta tahun ini telah memenuhi bumi dan mengancam eksistensinya sendiri. Mengancam keberadaannya sendiri dengan over populasi. Bumi dikhawatirkan tak lagi sanggup memberi ruang dan hidup bagi manusia.

“Jangan-jangan Covid-19 ini…?”

Teori konspirasi selalu menemukan pijakannya ketika sejibun tanya tak mendapa jawab. Butuh hadirnya aktor sebagai bumper kepuasan atas tanya tak terjawab tersebut. Bill Gates dibuat dan dimunculkan seolah profil itu memenuhi syarat.

Pengungkapkan sebuah fakta. Kita bicara tentang sebuah keadaan yang sesungguhnya yakni bumi benar-benar telah over populasi dan harus ada tindakan konkrit disana.

Kemampuan bumi memberi makan dan ruang bagi kehidupan sedang menjadi kalkulasi dan perhitungan.

Siapa yang berhak menjadi polisi dan hakim untuk dapat menentukan siapa siapa yang boleh tetap hidup dan siapa yang harus ngalah tentu tak boleh kita sepelekan.

Bukan soal adil atau idealisme tentang konsep hak asasi. Pada titik ini, keadilan sebagai konsep universal akan menemukan halangan.

Ini tentang munculnya realitas konkrit dari sebuah kondisi. Siapa yang kuat akan mendominasi, mungkin bukan halangan dalam konsep hukum baru.

Bukan hal mustahil kita kembali pada konsep hukum rimba. Bukan tentang person, ini tentang sebuah bangsa atau kelompok negara yang melihat ancaman dari sebuah eksistensi.

Diluar sana, pasti sudah ada yang peduli pada masalah ini. Bahwa mereka diam dan namun sudah membuat perencanaan bagi kepentingannya, mustahil dapat kita ketahui secara terbuka.

Skenario bahwa virus aneh yang muncul secara aneh dengan cara-cara yang aneh tentu bukan sesuatu yang dihadirkan hanya demi keanehannya saja.

Ada konspirasi, ada bisik-bisisk diruang ruang politik dimana kita masyarakat umum tak memiliki kemewahan mendengarnya.

Dan.., Amerika, Eropa berteriak China harus bertanggung jawab. Demikian sebaliknya. Adu otot leher mempertontonkan sesuatu yang membingungkan masyarakat awam. Mereka menonton namun tak paham bahasa para politisi ini.

Keributan semakin menjadi ketika Panglima Komando Serangan Global Angkatan Udara Amerika Serikat (USAFGSC), Jenderal Timothy Ray menyatakan akan menggunakan kekuatan nuklirnya bila pandemi Covid-19 melumpuhkan Amerika Serikat.

Amerika Serikat telah mengembangkan hulu ledak nuklir berkekuatan rendah W76-2 dan memasok beberapa rudal balistik.

Australia juga sebelumnya menyuarakan yang sama dengan AS. Ini membuat hubungan negeri itu dan China menegang beberapa hari terakhir.

Tak timggal diam, persiapan mendalam segera dilakukan oleh China, seluruh armada laut China dalam kondisi siaga tertinggi.

Dari Rusia yang juga memilki rudal balistik nuklir, tiba-tiba pesan keras balas mengancam bakal meledakkan AS dengan senjata nuklirnya.

Pernyataan keras itu disampaikan langsung oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova menanggapi langkah Pentagon dan USAFGSC yang telah melengkapi kapal selam Angkatan Laut AS dengan rudal balistik hulu ledak nuklir berkuatan rendah atau yang dikenal dengan W76-2.

Ada apa ini?

Nuklir dan Senjata Biologi adalah dua senjata yang sangat mengerikan. Keduanya sama-sama dapat membuat korban luar biasa besar namun dengan akibat yang berbeda.

Kuduanya hari ini telah muncul. Satu telah dilepas dengan kondisi minimum, satu lagi dalam bentuk ancaman yang sudah dipersiapkan.

Apakah pemusnahan sebagian manusia adalah cara menyelamatkan ras manusia itu sendiri, tentu butuh bukti dan kajian mendalam. Namun diluar sana ada fakta bahwa bumi memang sudah terlalu penuh, tak dapat disangkal.

Kondisi itu bukan tak mungkin sebagai cikal bakal dari ide bagaimana seharusnya bumi harus diselamatkan.

Bagaimana dengan Indonesia?

Bukan tentang bagaimana bumi membutuhkan manusia, namun tanpa manusia bumi memang sungguh berbeda.

Sumber : Status Facebook Karto Bugel

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed