by

Kitalah yang Perlu Minta Maaf pada Ahok

Jika kita mau jujur, tentulah kita tidak perlu  maaf dari Ahok karena pernyataannya itu. Semua orang yant berniat baik dan bersikap jujur pasti tahu bahwa yang dimaksud Ahok adalah ada orang yang berbohong dengan sengaja menggunakan ayat Al Maidah sebagai alat agitasi dan kampanye yang mendiskreditkan. 

Hal ini juga terkonfirmasi, dimana masyarakat Kepulauan Seribu  yang hadir di tempat, tidak ada yang keberatan dan tersinggung dengan ucapan Ahok , padahal merekalah yang seharusnya  duluan tersinggung dan marah, jika benar Ahok melakukan apa yang dituduhkan.

Lalu untuk apa Ahok harus minta maaf? Siapa yang memerlukan maaf dari Ahok?

Tentu Ahok tidak perlu minta maaf, karena tidak ada yang perlu dimaafkan. Dan juga, masyarakat Kepulauan Seribu sebagai audiens langsung Ahok saat memberi pernyataan itu tidak ada yang menuntut maaf dari Ahok. Lalu, kenapa pihak-pihak yang tidak ada urusan dengan kegiatan Ahok di Kepulauan Seribu merasa jadi korban dan menuntut Ahok harus minta maaf? Siapa memangnya mereka? Untuk apa Ahok meminta maaf kepada mereka.

Pernyataan Ahok di Pulau Seribu sangat jelas merupakan bentuk edukasi politik yang dilakukan oleh Ahok kepada warga di sana. Dan ini bisa digolongkan sebagai  tindakan jenius dan tepat sasaran guna membongkar tabu yang selama ini kita pelihara, dan terus kita hindari untuk diluruskan.

Hal ini tentu memerlukan keberanian dan kejujuran, dan itulah yang tidak dimiliki oleh kebanyakan politisi kita, termasuk pejabat yang seharusnya melepaskan diri dari jerat partisan ketika ia menjabat. Ia harus menjadi pemimpin untuk semua golongan, bukan hanya pemimpin kelompoknya, atau golongan darimana ia berasal.

Sikap seperti inilah yang tidak dimiliki oleh mayoritas pemimpin dan politisi kita, sehingga ketika berhadapan dengam isu-isu sensitif menyangkut SARA, mereka memilih menghindar. Mereka terlihat gamang dan tidak tahu bersikap. Berbeda dengan Ahok yang hanya berpijak kepada konstitusi sebagai landasan bertindak dam bersikap, sehingga ia tidak ragu dalam memutuskan sesuatu.

Termasuk bagaimana menyikapi politisasi agama dalam Pilkada DKI yang sangat jelas begitu intens digunakan. Bukan hanya sebagai alat diskriminasi, namun juga sebagai alat pembodohan masyarakat demi kepentingan pihak-pihak yang sudah merasa kalah duluan, sehingga mereka  perlu bantuan politisasi agama dan etnis untuk bisa mengalahkan Ahok.

Demikianlah apa yang dilakukan Ahok di Kepulauan Seribu, ia bukan hanya mengedukasi warga, akan tetapi ia menyampaikan pesan kepada kita semua. Ia memberi teladan dan pembelajaran kepada politisi dan pemimpin kita, bagaimana seharusnya mengelola negara dan pemerintahan. Tidak ada patokan yang lebih tinggi dan wajib dituruti selain konstitusi.

Dan terbukti, warga yang mendengar dan juga semua pihak yang ada di tempat tidak merasa  bahwa Ahok telah berbuat salah atau menista agama mereka dengan pernyataannya,  sehingga ia perlu meminta maaf.

Berbeda dengan pernyataannya yang telah dipolitisasi, bahkan dengan sengaja mengedit video rekaman pernyataan Ahok untuk suatu maksud. Lalu kemudian,orang beramai-ramai mengecam Ahok dan menuntutnya untuk minta maaf.

Kembali ke soal meminta maaf, tentu  kita perlu meminta maaf jika telah melakukan kesalahan, Dengan meminta maaf, berarti kita menyadari bahwa kita telah berbuat salah terhadap pihak lain atau mungkin kita tidak dapat memenuhi harapan mereka, atau kita belum dapat sepenuhnya melakukan apa yang menjadi tanggungjawab kita dengan baik.

Namun tidak dengan pernyataan Ahok. Ia tidak perlu meminta maaf dengan pernyataannya. Ia justru menyatakan apa yang benar, kebenaran yang selama ini kita tutup-tutupi, dan kita menghindar untuk menyatakannya dengan terus terang. Kita gamang, kita takut akan timbul konflik, sehingga kita memilih menghindar, karena kita terjebak dengan dikotomi mayoritas-minoritas.

Dan untuk keberanian dan kejujuran Ahok menyatakan ini, kita harus berterima kasih. Kita perlu meminta maaf kepada Ahok karena selama ini kita salah, kita  beranggapan bahwa kita benar dengan apa yang kita lakukan selama ini dalam mengelola isu yang sangat sensitif ini, sehingga kita terus tersandera olehnya.

Untunglah ada Gubernur Ahok, yang dengan berani dan jujur menyatakan apa yang benar, tidak peduli bila ia kemudian dikecam karena hal itu. Bahkan, kita harus berani mengakui bahwa kita terlalu takut mengambil resiko kehilangan jabatan, kehilangan dukungan, bahkan kehilangan ketenangan dan kenyamanan kita dengan menyatakan dan melakukan  apa yang benar, berbeda dengan Ahok yang nothing to lose.

Kitalah yang seharusnya meminta maaf kepada Ahok, bukan sebaliknya. **

Sumber: qureta

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed