by

Kisah Prabowo dan SBY di Lembah Tidar

Prabowo adalah cucu pendiri Bank Negara Indonesia (BNI) Margono Djojohadikusumo dan anak dari Menteri Sumitro Djojohadikusumo. Ketika Prabowo masuk Akabri, Sumitro menjabat Menteri Perindustrian dan Perdagangan (1968-1973). Bersamaan Prabowo dan SBY, masuk juga Agus Wirahadikusumah dan Ryamizard Ryacudu. Agus adalah keponakan dari Jenderal Umar Wirahadikusumah yang pernah menjadi Wakil Presiden (1983-1988). Ryamizard adalah anak dari Mayor Jenderal Mussanif Ryacudu, salah satu jenderal kesayangan Sukarno.

Tahun 1973 adalah tahun terakhir Papi Ani di Magelang sebagai Gubernur Akabri. Awal tahun 1974, Sarwo Edhie dijadikan Duta Besar Indonesia di Korea Utara. Di tahun itu jugalah SBY mengenyam pendidikan militernya di Lembah Tidar.

“SBY resmi menamatkan pendidikan AKABRI pada 11 Desember 1973,” catat D. Danny Hamonangan Simanjuntak dalam Rival-rival Politik SBY (2008). Di tahun terakhir Sarwo Edhie di Akabri itu, SBY jadi lulusan terbaik. Agus dan Ryamizard juga lulus di tahun yang sama, tapi Prabowo tidak. Dia dinyatakan lulus di tahun berikutnya, 1974. Padahal semua tahu, Prabowo dikenal sebagai pemuda pintar.

 

Kisah Prabowo dan SBY di Lembah Tidar

Menurut Hermawan Sulistyo, yang mantan Ketua Tim Investigasi TGPF (Tim Gabungan Pencari Fakta) Kerusuhan Mei 1998, tak banyak orang bertanya kenapa Prabowo telat lulus. Dalam sebuah diskusi publik di masa pasca-Pilpres pada 3 Juli 2014 di Jakarta, Hermawan berbicara keras soal Prabowo.

“Anda tidak tahu bahwa SBY itu pernah Prabowo waktu di Akmil, di Akabri waktu itu,” kata Hermawan. “Kenapa tidak ada orang yang bertanya dalam catatan biodatanya Prabowo, harusnya lulus tahun 1973 kenapa lulusnya tahun 1974? Ini enggak ada orang yang nanya. Katanya Prabowo pintar, kok enggak naik kelas? Berarti ada yang lain, kan? Ya itu tadi, nggebukin SBY, gitu.”

Menurut Hermawan, semua bermula dari kaburnya Prabowo dan tiga kawannya. Dari tiga kawan itu di antaranya ada Ryamizard. Mereka kabur ke Jakarta untuk menghadiri acaranya Siti Hediati Hariyadi (alias Titiek Soeharto, yang kemudian menjadi istri Prabowo). Apapun tujuannya, ulah mereka ketahuan Gubernur Akabri Sarwo Edhie Wibowo. Mereka heran kenapa mereka ketahuan.

“Satu-satunya orang yang tahu adalah SBY, karena dia diajak [tapi] enggak mau. Akhirnya hari Senin habis dimarahin, hari minggu ketangkep, senin malamnya mereka tanya-tanya sampai bonyok.”

Cerita versi Hermawan itu tak dipusingkan oleh Prabowo dan SBY. Tanggapan justru datang dari kakak senior mereka berdua, Mayor Jenderal Purnawirawan Kivlan Zen.

“Oh, itu Herman Sulistyo bukan mainnya kasih informasi. Biasa kita kalau tinju itu kita sparing partner. Itu ada belajar tinju, belajar karate, kalau tinju kan apa ya. Saya juga dulu, bertanding di ring tinju sama teman-teman angkatan. Mungkin di situ maksudnya,” ujar Kivlan di Rumah Polonia, Jakarta Timur kepada Detik.com (4/7/2014).

Lepas dari benar tidaknya cerita Hermawan itu, sejarah mencatat keduanya akhirnya jadi jenderal TNI. Prabowo dikenal sebagai salah satu jenderal berpengaruh di korps baret merah, Kopassus. Sementara itu, SBY dikenal sebagai perwira staf yang brilian. Prabowo terkenal dalam pembebasan sandera Mapenduma 1996, sementara SBY diketahui publik sebagai salah satu menteri era Reformasi. Keduanya belakangan mendirikan partai. Yang satu Partai Gerindra, dan yang lain Partai Demokrat.

 

  Kala Sang Jenderal Pensiun

Seperti SBY, Prabowo juga akhirnya menikahi putri Jenderal. Tak tanggung-tanggung, ia menikahi putri Jenderal Soeharto, presiden kedua Republik Indonesia. Setelah Prabowo menjadi jenderal dan terkena kasus 1998, SBY juga duduk dalam Dewan Kehormatan Perwira yang diketuai Jenderal Wiranto.

 Sumber : tirto.id

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed