Beliau bercerita, suatu saat anaknya yang sekolah di PAUD mendapat pengalaman yang menjengkelkan. Ada temannya yang hendak menggelar pesta ulang tahun. Seluruh teman yang ada di kelas mendapat undangan kecuali dirinya.
Sepulang sekolah, dia menceritakan pengalaman menjengkelkan itu ke bapaknya, Gus Nadir. Yang menarik, beliau tidak reaktif, marah, atau emosi. Beliau punya cara unik untuk menyelesaikan persoalan ini.
Saat anaknya ulang tahun, beliau mengundang seluruh teman-teman anaknya di sekolah, termasuk teman yang dahulu tidak mengundang ketika ulang tahun. Hal ini membuat orang tua dari teman anaknya yang dulu tidak mengundang kaget. Mereka meminta maaf dan membuat pengakuan yang menarik kepada beliau.
Mereka mengaku bahwa selama ini menganggap umat Islam itu tidak menggelar pesta ulang tahun. Sederhananya, pesta ulang tahun diharamkan oleh umat Islam. Hal itu yang membuat mereka tidak mengundang anak Gus Nadir karena takut menyinggung perasaan.
Dari kisah nyata ini, kita bisa mengambil keismpulan bahwa ternyata ketidakpahaman kita terhadap ajaran agama lain bisa membuat kita berburuk sangka. Berawal dari berburuk sangka, barangkali bisa belanjut dengan perbuatan yang lebih tidak mengenakkan.
Kita juga bisa belajar dari Gus Nadir yang tidak reaktif, emosi, marah, apalagi sampai melakukan protes. Beliau justru membalas perlakukan tidak mengenakkan yang diterima anaknya dengan kebaikan. Hal ini yang membuat mereka justru berbalik menghormati dan merasa bersalah.
(Sumber: Facebook Saefudin Achmad)
Comment