by

Kicauan Sumbang Burung Cendana

Sekarang para burung-burung di pohon Cendana mencoba kembali berkicau dengan nada-nada yang sumbang. Seolah-olah hidup di jaman bapaknya adalah sesuatu yang nyaman dan pantas untuk dikenang. Mencoba menarik pengikut milenial yang tidak tahu apa-apa dengan mengatakan kalau kembali seperti dulu hidup kita akan senang. Apa mereka mau tahu, kalau dahulu jika berani menentang artinya nyawa akan melayang. Lucunya ada juga kakek-kakek yang ngaku ulama yang juga rindu Orba, emanglah otaknya sudah rada peyang.

Banyak sekali postingan-postingan di sosial media yang memberikan kesaksian-kesaksian. Bagaimana kejamnya rezim sang bapak yang mencoba untuk mengcengkeram. Kebun-kebun petani cengkeh yang menolak untuk ikut serta dirusak dan disiram dengan racun jahanam. Gara-gara putra mahkota ingin mendapatkan hak monopoli untuk bisa beli mainan pesawat dan motor-motoran.

Si tante-tante genit belakangan mulai dandan dan pasang badan. Wara wiri kesana kemari mencoba mendongkrak dan mencari suara buat sang mantan. Disertai dengan janji manis yang diucapkan setiap lima tahunan. ‘Yang, kalau kau menang, aku bisa kembali kau sandingkan’.

Terakhir dia berceloteh tentang buruh migran yang sedang sakit di tanah seberang. Seolah-olah dia begitu peduli dengan nasib rakyat jelata kebanyakan. Padahal jaman bapaknya nyawa lebih murah dari pada harga sebungkus kacang. Kayak gitu kok masih ngajak kembali ke jaman Orba yang jelas-jelas perbedaan hidup dengan sekarang sangat timpang.

Lucunya lagi ada mbak-mbak lugu dari seberang bercerita. Kalau saat dia di mall disamperin seorang ibu-ibu yang ngajak untuk photo bersama. Tapi syaratnya harus ngacungkan jari tanda dua. Dia menolak sambil mikir ‘Eh, emang elu sapa’.

Sedang si bungsu mencoba membuat partai lain untuk mendulang suara. Partai abal abal kagak jelas entah apa maunya. Dikiranya orang-orang sudah lupa kalau dia seorang pecundang mantan narapidana. Menjadi dalang pembunuhan seorang hakim yang merupakan alat negara.

Ada pepatah lama berkata, sudah gaharu cendana pula. Sudah tahu anak-anak Cendana begitu, masih ada yang mau percaya?

Tabik.

Sumber : Status Facebook B. Uster Kadrisson

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed