Oleh Setyo Hajar Dewantoro
REDAKSI INDONESIA – Tuduhan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) adalah antek asing, dibantah tidak lewat kata-kata. Tetapi lewat kebijakan dan kerja-kerja nyata yang menyiratkan semangat nasionalisme yang kental.
Kunjungan ke Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Entikong, Kabupaten Sanggau, Kalimantan Barat, Rabu (23/3) siang yang baru saja dibangun ulang, menegaskan tekad kuat Presiden Jokowi agar Indonesia dipandang sebagai negara dan bangsa yang besar.
Keberanian Presiden Jokowi memutuskan Blok Masela dibangun di darat, memberi pesan nyata bahwa kepentingan rakyat adalah segala-galanya bagi sang presiden. Keputusan tentang Blok Masela ini memang bisa memastikan sumber daya alam Indonesia benar-benar dimanfaatkan untuk rakyat. Dengan dibangun di darat, maka proyek kilang LNG Masela memberi efek berantai terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Selain itu, negara akan memperoleh sumber devisa lebih besar dari Proyek LNG Masela.
Nasionalisme Presiden Jokowi juga ditunjukkan lewat antisipasi strategisnya terhadap kemungkinan krisis pangan. Presiden Jokowi menyadari, dengan laju pertambahan penduduk dunia seperti saat ini, pada masa yang akan datang, manusia akan memperebutkan dua hal, energi dan pangan. Untuk menghindari krisis pangan di masa yang akan datang, maka pemerintahan Jokowi-JK membangun terus bendungan karena kunci dari ketahanan pangan adalah ketersediaan air.
“Tahun ini 8 (waduk), tahun depan 9 waduk. Karena kunci kemajuan ada di ketersediaan air,” kata Presiden saat meresmikan Waduk Nipah di Pamekasan, Madura.
Presiden Jokowi menyampaikan optimisme, “30-40 tahun negara lain akan datang meminta pangan kelebihan kita. Mereka yang minta bukan kita yang mengimpor dari mereka.”
Di bilang pertahanan dan keamanan, Presiden Jokowi yang sering dianggap lemah karena penampilannya, justru menunjukkan kegagahannya kepada China sebagai salah satu negara adidaya masa kini. Ini sesuatu yang tak ditunjukkan dengan jelas oleh presiden sebelumnya.
Saat China mengirim kapal patroli negaranya untuk menggagalkan penggiringan terhadap kapal maling ikan Kway Fey 10078 saat digiring oleh kapal pengawas hiu 11 di Kepulauan Natuna, Presiden Jokowi meradang dan mengancam akan membawa China ke Mahkamah Internasional.
Presiden Jokowi punya prinsip wilayah kedaulatan Indonesia adalah harga mati untuk dipertahankan dan tak boleh ada satu kapal dari negara lain yang boleh keluar-masuk perairan Indonesia tanpa ijin. Manuver ini menunjukkan bahwa Presiden Jokowi tidak pernah takut berurusan dengan negara mana pun juga.
Nasionalisme yang lembut namun tegas dari Presiden Jokowi, pelan tapi pasti membuat kita makin optimis bahwa Indonesia memang bisa jadi negara dan bangsa yang besar. Kebijakan dan kerja-kerja nyata selama ini yang pro-rakyat, adalah jawaban atas segala tuduhan minor dari seluruh lawan politik. Kita pasti menjadi negeri yang gemah ripah loh jinawi tata tentrem kerta raharjo.
Comment