by

KH Ma;ruf Amin, Penggali Kitab Kuning

 
Kiai Ma’ruf diterima di Madrasah Ibtidaiyah yang setara dengan SMP. Dia berjumpa dengan guru favorit pengajar fiqih, Kiai Tahmid. Cara kiai asal Brebes Jawa Tengah itu berbicara dan berargumen sangat dikaguminya.
 
Di bawah bimbingan kiai ahli ushul fiqih ini, Kiai Maíruf antara lain mengaji kitab Al-Iqnaí fi Halli Alfazh Abi Syujaí atau dikenal sebagai Iqnaí. Kitab tebal itu merupakan karya Syaikh Syamsuddin Muhammad bin Ahmad As-Syarbini.  Iqnaí merupakan syarah (uraian) atas kitab Al-Ghayah wat Taqrib karya Abu Syujaí.
 
Di Timur Tengah, seperti Mesir, kitab yang merupakan standar dalam kajian awal fiqih Mazhab Syafiíi ini dikaji di tingkat menengah, Namun Kiai Maíruf sudah menelaahnya saat duduk di bangku Ibtidaiyah. 
 
Kiai Ma’ruf juga belajar kepada Kiai Idris Kamali antara lain Tafsir Al-Baghawi, Al-Khazin, Ibnu Katsir, Al-Itqan fi Ulumil Qurían, dan Shohih Bukhori. Sedangkan kepada Kiai Syansuri Badawi, dia mengaji Jamíul Jawami dan Shohih Muslim.
 
Selain mengambil sanad keilmuan dari para kiai Tebuireng, Kiai Maíruf juga mendalami Ilmu Falak (astronomi) kepada Kiai Mahfudz Anwar di Pesantren Seblak yang tak jauh dari Tebuireng. Dia juga sering sowan untuk tabarrukan kepada Kiai Adlan Aly, tokoh tarekat pengasuh pesantren Cukir, Jombang.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed