by

KH Ma’ruf Amin: Negara Gaduh Setelah Ada Kelompok Radikal yang Salah Artikan Makna Jihad

Ia menuturkan, kelompok radikalisme agama, khususnya dari kalangan umat Islam, muncul lantaran salah dalam memaknai jihad saat terpengaruh arus globalisasi. Menurut dia, kelompok tersebut hanya memaknai jihad dengan perang. “Padahal jihad itu tidak hanya diartikan perang qitalan kalau dalam situasi perang, tapi juga berartiishlahan, yaitu perbaikan kalau dalam situasi damai,” kata ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) tersebut.

Menurut dia, telah terjadi distorsi pemaknaan jihad atau pemahaman agama di kalangan kelompok radikalisme tersebut. Selain itu, dia menyebut, mereka juga kerap menganggap seluruh dunia ini adalah wilayah perang. Padahal para ulama tidak sepakat terkait pemahaman seperti itu.

Ia menjelaskan, Indonesia atau negara lain bukanlah wilayah perang tapi darussalam, yaitu wilayah damai, wilayah kesepakatan, atau wilayah kesepakatan antara banyak pihak termasuk antara Muslim dan non-Muslim. “Karena itu hubungan Muslim dan non-Muslim di Indonesia hubungannya adalah saling berjanji untuk hidup secara damai. Karena itu kemudian, kalau menganggap di sini (Indonesia) wilayah perang muncullah terorisme itu, yang menurut mereka terorisme adalah jihad. Padahal tidak,” katanya.

Kiai Ma’ruf menambahkan, radikalisme sejak awal memang tidak ada komitmen kebangsaan. Karena mereka tidak pernah terlibat langsung dalam pembangunan bangsa ini.

Termasuk kelompok radikalisme sekuler, yang selalu berupaya untuk melakukan sekularisasi Pancasila dengan memisahkan antara agama dan negara. “Padahal dalam Pancasila keduanya adalah satu kesatuan,” ujarnya. **

Sumber: muslimoderat

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed