by

KH Ma’ruf Amin, MUI dan Maaf Sukmawati

Intinya pengalaman pahit Pak Ahok jangan sampai terulang, melihat kasus Sukamawati yang terbaik adalah memperbaiki langkah ke depan untuk menyikapinya lebih baik dan lebih arif dari masa lalu. Janganlah menggunakan kasus Pak Ahok untuk menyimpan dendam kepada siapapun, hendaknya bagaimana yang terbaik dan paling bijak kita pilih di masa depan.

Sedangkan kelompok-kelompok yang lebih ekstrim yang menentang kebijakan KH Ma’ruf Amin dalam kasus Sukmawati, saya yakin, kelompok-kelompok ini menyimpan agenda yang berbeda. Seorang ulama, kyai dan pembimbing telah ditunjukkan oleh KH Ma’ruf Amin sebagai tauladan.

Padahal kelompok-kelompok ini pula yang dulu sangat mudah memanfaatkan nama MUI dengan mendirikan GNPF-MUI, atau nama dan foto KH Ma’ruf Amin yang mereka manfaatkan dan dipajang di jalan-jalan khususnya di Jakarta, dalam kasus Ahok dan Pilkada DKI. Mereka mengklaim paling membela fatwa MUI, membela Ulama, tapi kenapa mereka sekarang paling keras menentang KH Ma’ruf Amin?

Seorang yang mengaku ahli hukum MUI berkomentar kurang ajar dengan mengatakan “”Untuk tidak menghiraukan seruan Ketua MUI Ma’ruf Amin. Saya ahli hukum MUI. Saya tidak terima. Saya siap berhadapan dengan siapapun,” seru Abdul Chair Ramadhan meminta massa Aksi 64 untuk tak mempedulikan pernyataan Ketua MUI Ma’ruf Amin untuk memaafkan Sukmawati Soekarnoputri. Hal ini ia sampaikan di atas mobil komando pada Aksi 64, di Gambir, Jakarta Pusat, Jumat kemaren (Sumber)

Demikian pula dengan tokoh FPI, Novel Bamukmin yang ngotot tidak akan mencabut laporan Sukmawati ke polisi yang diminta oleh KH Ma’ruf Amin. “Novel Bamukmin: Kita Tidak Akan Menarik Laporan Sukmawati!” (sumber)

Padahal Abdul Chair dan Novel Bamukmin adalah pihak-pihak yang terlibat GNPF-MUI, membela ulama dan KH Ma’ruf Amin, mengapa sekarang mereka mbalelo bahkan menantang?

Apakah karena MUI sudah tidak bisa mereka manfaatkan, terus ngambek, marah, dan ngamuk dengan menentang?

Ataukah mereka punya agenda-agenda lain yang memanfaatkan kasus Sukmawati ini sebagai drama dengan episode yang berjilid-jilid, karena mereka sudah mengancam dengan istilah mereka akan “meng-Ahok-kan” Sukmawati, serta untuk konsolidasi kelompok dengan demo-demo dan penggalangan dana (karena di pamflet acara sudah ada buka donasi dan nomer rekening)?

Siapakah mereka dibanding KH Ma’ruf Amin yang merupakan Rais Aam PBNU, organisasi Islam terbesar di Indonesia sekaligus Ketua Umum MUI yang menjadi perekat ormas-ormas Islam di Indonesia, yang menjadi simbol umat Islam Indonesia saat.

Saya haqqul yaqin, mayoritas orang waras di Indonesia bersyukur atas proses ini, KH Ma’ruf Amin menerima permintaan maaf Sukmawati, dan mayoritas muslim pun mendukung kebijakan ini karena sudah lelah drama berjilid-jilid dengan isu penodaan agama, sementara mereka yang memakai agama untuk menipu seperti Abu Tours dan First Travel, atau penggunaan istilah juz dalam kasus suap politisi PKS tak pernah menjadi perhatian, apalagi sampai ada demo-dari kelompok-kelompok yang selama ini sering mengatasnamakan Islam, ulama dan umat Islam.

Terima kasih KH Ma’ruf Amin yang telah memberikan tauladan dalam kasus ini, semoga Kiai diberi kekuatan, kesehatan dan kesabaran (menghadapi mereka yang masih kecewa dan marah).

Sumber : Gunromli.com

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed