Lalu apa pentingnya budaya bagi agama? Budaya memerankan sesuatu yang tidak terjangkau agama. Kita mengenal Hablum minallah dan hablum minan naas. Hablum minan naas inilah dimensi budaya. Agar agama sesuai dengan ruhnya, yang harus shalih likulli zamanin wa makanin (kontekstual dengan segala waktu dan tempat). Makanya ada kaidah yang mengatakan bahwa “Al-‘Adah muhakkamah”: adat/budaya bisa dijadikan hukum. Jadi Ketuhanan yang Berkebudayaan itu sesungguhnya senafas dengan konsepsi Islam Indonesia atau yang oleh PBNU disebut sebagai konsepsi Islam Nusantara. Ekspresi keberislaman yang melibatkan budaya sebagai infrastruktur agama.
Kenapa berketuhanan harus selaras dengan berkebudayaan atau juga bisa sebaliknya, berkebudayaan yang berketuhanan, ini agar ekspresi keberislaman kita tidak keras dan saklek. Dulu saat pertama kali Islam didakwahkan, Nabi Muhammad Saw., mendakwahkan Islam yang bersesuaian dengan budaya Arab setempat. Strategi dakwahnya pun mulai dari yang sembunyi-sembunyi sampai nanti secara terang-terangan. Strategi dakwah dengan pendekatan budaya juga diilhami oleh para Walisongo manakala menyebarkan Islam di tanah Jawa. Jadi konsepsi Ketuhanan yang Berkebudayaan itu apanya yang salah?
Wallaahu a’lam
Sumber : Status Facebook Mamang M Haerudin (Aa)
Comment