by

Ketika Tuhan Dipaksa Kampanye

Tema kampanyenya sebenarnya doa bersama. Tapi kemudian seluruh yang hadir disana harus berbaiat untuk memenangkan paslon 1.

Baiat adalah pengucapan sumpah. Dan dengan nama Tuhan yang diseret ke lapangan, proses baiat pun terjadi.

“Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim, Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyayang, Yang Maha Melihat, Yang Maha Mendengar, dengar kesaksian kami ya Allah untuk berjanji memilih nomor satu, memenangkan Agus-Sylvi, untuk menjadi gubernur Muslim di Jakarta..” kata si ustad yang percaya diri Tuhan dekat dengannya. Mungkin dia “orang dalam”.

Belum selesai sampai disitu, ditebarlah ancaman. “Siapa yang sudah dibaiat, bila sampai waktunya tidak memilih nomor satu, maka akan menerima risikonya..”

Wow… Saya sampai tidak bisa berkata apa2 membacanya. Sampe segitunya ??

Entah saya harus menilainya bagaimana.

Ini bisa dibilang level penghinaan tinggi terhadap sifat keTuhanan. Seolah Tuhan bisa seenaknya diseret untuk kampanye dan harus tunduk pada keinginan si ustad yang – sudah pasti – timsesnya mas Agus.

Dan mas Agus pun senyum-senyum sesudah pembaiatan itu. “Sampai bergetar saya..” Katanya. Entah apanya yang bergetar. Mungkin lupa, henponnya gak dimatikan nada getarnya..

Tuhan sering diseret paksa dalam kampanye. Tapi kampanye kali inilah yang benar2 memperkosa Tuhan dalam sifatNya. Seolah Tuhan akan menghukum keras mereka yang sudah bersumpah dan nanti ingkar tidak memilih Agus.

Mungkin – ini mungkin ya – sudah terdengar selentingan bahwa paslon 1 adalah paslon paling royal, meskipun laporan dana kampanyenya dilaporkan paling rendah. Banyak yang datang sekedar untuk dapat uang atau barang, tapi urusan mencoblos nanti dulu..

Nah supaya si penyandang dana tenang, maka si ustad pun menggadaikan dirinya untuk menyeret Tuhan ke lapangan dalam konsep baiat. Yang penting si tuan senang, biar amplop tebal mengalir lancar.

Entah apa lagi nanti yang akan dilakukan. Bela agama sudah usai. Bela ulama, gak mempan. Kalau sudah nyeret Tuhan nanti gada pengaruhnya, apa harus berkata,” Sebenarnya.. Sayalah Tuhan..” hanya supaya terpilih jadi Gubernur DKI ?

Mereka yang mudah mengatas-namakan Tuhan, sebenarnya adalah mereka yang nanti juga mudah menghianatinya…

“Ya Tuhan YME.. bagaimana pendapatMu ?”

“Maap, gua maennya di twitter sekarang. Di fesbuk gada yang baper..”

Ah, makin mengerikan dunia ini. Mending seruput kopi…

(Sumber: www.dennysiregar.com)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed