by

Ketika Terorisme Makin Subur

 

(Tarik nafas dulu) huhhh… 
Betapa ngerinya Indonesia saat ini. 
Di saat kita gerah dengan isu sentimen SARA, Hoax, Fitnah dan sebagainya yang kian merusak suasana damai dan keharmonisan bangsa menuju pemilu 2019, ada saja orang-orang licik dan picik tak tahu diri mencoba mengacak-acak keamanan negeri dengan menyebar teror bom agar bangsa Indonesia tunduk dengan kemauan mereka. Tidak segampang itu! 
.
Baru kemarin di Kota Tanjung Balai, Sumatera Utara, Polisi bersama Densus 88 menggerebek rumah kontrakan dua orang terduga teroris berinisial AN dan RI. Di kontrakan tersebut, Polisi berhasil menemukan dan menyita sejumlah alat bukti kuat bahwa keduanya adalah bagian dari jaringan teroris. Polisi menemukan setidaknya 7 bom pipa, tiga rompi, serbuk, dan bahan-bahan yang diduga akan dijadikan bom. Sementara yang mereka incar adalah markas Polisi dan Rumah Ibadah (non muslim).
.
Berita ini kemudian menarik hati saya untuk sedikit menyinggungnya. Memang tak perlu dipungkiri bahwa ada golongan/firqah dalam Islam yang menghalalkan darah orang ‘kafir’. Golongan tersebut bernama ‘Khawarij’. Dari golongan merekalah yang telah membunuh Khalifah Ali bin Abi Thalib RA. Mereka merasa paling benar, berhak benar bahkan berani menandingi Kebenaran Sang Maha Benar. Tentu saja dengan dalih ‘Atasnama Agama’. 
.
Jika berbalik ke masa Khalifah Ali, beliau merupakan Sahabat Rasul yang sangat setia. Bahkan Rasulullah telah menjamin Surga kepada sahabatnya tersebut. Namun apa yang terjadi? Sahabat Ali dibunuh oleh Ibnu Muljam yang menghalalkan cara biadab hanya karena berbeda pandangan dan pemikiran dengan Khalifah Ali kala itu. Ibnu Muljam adalah sosok Muslim yang taat beragama, Hafal 30 Juz, rajin beribadah, rajin berpuasa dan lain sebagainya. Namun apakah kemudian menjamin bahwa apa yang dilakukannya (membunuh Ali) adalah benar? Tidak!
.
Sama seperti saat ini. Banyak orang punya semangat beragama namun lupa berTuhan. Mereka lupa bahwa Tuhan Maha Adil, Maha segalanya. Dengan berbekal semangat keagamaan yang tinggi, mereka menafsirkan Ayat Suci dengan berdasar kemauan dan kepentingannya sendiri. Sehingga munculah kehalalan berjihad jahat dengan meledakan bom di gereja, markas Polisi, atau meneror, membantai, membunuh saudara yang tak sejalan dengannya. Ini tentu sangat salah dan keluar dari konteks ajaran agama Islam. 
.
Menurut kisah yang saya dapatkan, saat Ibnu Muljam membunuh Khalifah Ali, terdengar Ibnu Muljam melafadzkan sepotong ayat suci Al-Qur’an dan pekikan Takbir. Sama seperti tatkala teroris beraksi. Mereka menggunakan ayat suci Al-Qur’an untuk mengelabuhi orang lain bahwasanya kejahatan yang mereka lakukan adalah bagian dari Jihad. Tentu saja bagi orang yang masih sangat awam dalam ilmu agama, mudah saja menerimanya. Bahkan sekalipun orang sudah berilmu, tidak kemudian membuat orang tersebut paham akan biadabnya pemahaman aliran khawarij. Beberapa banyak dari mereka malah mendukung. Inilah salah satu alasan, mengapa terorisme di Indonesia terus berkembang. Yakni karena ada dorongan dan dukungan pihak lain dibelakangnya, entah siapa. Namun itu sangat membantu pergerakan mereka di Indonesia.
.
Saat ini tugas Polri dan TNI sangat berat. Mereka kudu super siap, sigap dan sergap dengan kasus semacam ini. Sebab ini adalah tugas mereka sebagai aparat negara. Namun masyarakat juga jangan kemudian menyerahkan semuanya kepada Polisi. Masyarakat bersama polisi kudu membangun jejaring yang memudahkan ketika pelaporan terkait kasus ini. Amankan kingkungan sekitar. Jika ada orang baru yang mencurigakan, segeralah dekati dan rangkul orang tersebut dalam rangka menepis kesalah pahaman. Kemudian jika masih mencurigakan, amati terus, kumpulkan bukti yang cukup, segeralah laporkan kepada Polri untuk ditindak lanjuti.
.
Semoga kita semua dan Indonesia selalu dijaga, dilindungi dan dirahmati Tuhan Yang Maha Esa serta dijauhkan dari segala macam malapetaka dan marabahaya. Aamiin.

Jangan biarkan radikalisme, ekstrimisme dan terorisme menguasai negeri ini
Mari kita #Lawan!

Vinanda Febriani
Siswi kelas XII di MA Ma’arif Borobudur.
Sabtu, 20-10-2018.

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed