by

Ketika Para Gaek “Dibantai” Livi Zheng

Bahkan dengan elegan, Zheng menampar Nadine dengan pertanyaan menohok: apa mbak gak bangga jika mbak disebut sebagai duta Asia Tenggara? Artis tua itu tidak bisa menjawab.

Nasib Joko Anwar lebih parah lagi. Dia tersungkur karena keterbatasan mengartikan terminologi dalam Bahasa Inggris. Si Anwar ini Inggrisnya level beginner dibanding Livi Zheng yang pilihan katanya sudah sampai Thesaurus level 3.

Level bahasa Inggris Anwar sama dengan kapasitas para gaek yang lain di acara talkshow itu yang sok keminggris .

Jadi dia digilas oleh Livi Zheng dalam perdebatan diundang atau mendaftar. Kosa kata yang dipakai Zheng memang benar bahwa dia diundang bukan mendaftar. Beda dengan Anwar yang harus berdarah-darah mendaftarkan filmnya lewat jalur berliku supaya bisa disebut sebagai masuk dalam list Oscar.

NORAK KARENA GAGAL FOKUS

Singkat cerita, para gaek itu bertekuk lutut dibawah kaki Livi Zheng karena manner dan sikap mereka memperlakukan seorang sineas yang usianya seumur anaknya atau keponakannya.

Para gaek yang katanya kondang itu gagal menguliti Livi Zheng karena cara komunikasi dan teknik diskusi mereka yang norak. Mereka terbawa emosi dan kepala mereka panas hingga gagal fokus.

Mereka tidak mengira Livi Zheng bisa tangkas dan elegan menangkis tanpa terbawa emosi. Dia tampil sebagai sosok milenial yang cerdas, mandiri dan yang tidak menye-menye.

Para gaek itu harusnya sadar dan banyak belajar lagi bagaimana menghadapi generasi milenial yang jauh lebih cerdas dari mereka.

Kegagalan berkomunikasi dengan para milenial akan menyebabkan mereka tampak lebih sebagai om, tante, opa dan oma yang nyinyir. Yang ” gak santuy” dalam berdebat.

BEDA KASTA

Sekali lagi, tulisan ini tidak bicara soal definisi film bagus atau karya para gaek itu lebih hebat ketimbang Livi Zheng atau sebaliknya.

Ini soal karakter dan attitude dalam menghargai pendapat seorang seberapapun buruknya orang itu .

Ini soal wisdom dan kejernihan berfikir dalam memperlakukan lawan bicara.

Kegagalan para gaek itu malahan menonjolkan karakter Livi Zheng yang lebih dewasa. Mereka bahkan tidak sadar bahwa sepanjang program, seolah Zheng berteriak keras di kuping mereka:

“Suka-suka gua dong. Ketenaran gua dah sampai diatas kepala lu pada. Mau compete ama gua.. Tunjukin jidat lu.. Bisa gak lu kalahin gua.”.

Para gaek itu juga lupa bahwa Zheng adalah kemasan milenial yang sempurna menggapai mimpi.

Bapaknya konglomerat dan menggembleng anaknya menjadi expert dalam bidang kehidupan yang disukainya. Dia bikin film ,orangtuanya yang duitnya gak ada serinya habis-habisan mendukungnya dan memasarkan karya anaknya hingga terkenal dimana-mana.

Zheng adalah figur ideal impian anak milenial sekarang yang sukses mewujudkan impian para gaek zaman purba:

Muda hura-hura, tua kaya raya, mati masuk surga.

Sekarang, para gaek itu mungkin merenung dan berkhayal jika mereka seberuntung dan setajir Zheng.

Mungkin mereka tidak akan banyak bacot dan berlagak sok pinter sindir karya orang.

Sumber : Status Facebook Budi Setiawan

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed