by

Ketika Jokowi Menutup Lapau

Konglomerat itu cerita bahwa sebelum krismon 1998 dia pernah membiarkan direktur Bank Dunia menanti diruang tamunya untuk bertemu dia. Begitu banyak orang ingin bertemu dengan dia. Ketika itu dia merasa sangat berkuasa walau hanya sebagai pengusaha. Namun setelah Soeharto jatuh, sampai dengan tahun 2003 dia merasa masuk dalam prahara yang tiada pernah dia bayangkan akan terjadi. Hari hari begitu menekan. Satu demi satu perusahaannya terpaksa masuk daftar yang diambil alih BPPN. Secara bisnis dia menuju ke bangkrutan. Setelah tahun 2003, dia kembali mendapatkan peluang untuk bangkit dan akhirnya bisa kembali berjaya. Lantas apa hikmah dari hidupnya itu? Betapa uang bisa membuat kita terhormat dan bisa juga membuat kita kehilangan kehormatan. Karena uang , politik jadi punya arti istimewa dan bisa mengubah nasip kita. Itu katanya tahun 2008.

Kemudian tahun 2017, beberapa bulan lalu saya berkesempatan bertemu lagi dengan dia dalam acara jamuan makam malam mendukung salah satu paslon DKI. Pertemuan itu tidak hanya berdua tapi beberapa pengusaha senior juga hadir. Kami memisahkan diri dari acara tersebut dan memilih cari tempat di ruangan lain. Dia cerita bahwa kebangkrutan dia tahun 1998 sangat buruk tapi sekarang setelah tahun 2008 usahanya bergerak cepat. Mulai terjebak hutang tahun 2011 dan setelah itu terus memburuk sejak jatuhnya harga komoditas utama. Tahun 2016 hutangnya 10 kali lebih besar dari hartanya. Tapi yang menyedihkan adalah peluang untuk bangkit sangat kecil. Pertama karena usia sudah diatas 60. Kedua, kebijakan Jokowi memang sengaja membunuh bisnis rente.

Kalau dulu kebangkrutannya di selamatkan Negara melalui program BPPN dengan skema yang menguntungkan. Era SBY pemerintah memberikan dukungan program penyelamatan ketika harga komoditas jatuh dengan skema pelonggaran LTV bank. Tapi sekarang pemerintah sengaja membiarkan dan proses seleksi alam terjadi secara massive. Kini banyak pengusaha yang tidak punya akses politik melakukan aksi pengambil alihan perusahaan melalui SWAP hutang di bank dengan harga diskon. Kemudian perusahaan itu direstruktur permodalannya dengan injeksi dana dari luar negeri. Mengapa bisa ? karena pemerintah memberikan peluang itu melalui kebijakan investasi yang terbuka, siapa saja bisa sukses asalkan ada uang dan tekhnology. Efisiensi bisnis sekarang memang terjadi by design dan secara sistem hanya membuat orang yang hebat dan professional saja yang bisa sukses.. Bisnis andalkan akses politik, tinggal omong kosong..

Salah satu teman yang juga hadir dalam pertemuan itu mengatakan ” Sebetulnya Ahok itu tak lebih adalah Jokowi itu sendiri. Bedanya hanya karena Jokowi itu jawa yang santun dan Ahok itu Belitung yang keras. Tapi prinsipnya sama, sama sama keras dengan prinsip mengutamakan kebaikan, kebenaran dan keadilan. Akibatnya membuat politik bukan lagi lapo tuak atau bukan lagi lapau kopi. Rekayasa politik melalui jalur patron atau ormas selalu berujung kepada kekecewaan karena kekuasaan terlalu kuat di back up oleh attitude Jokowi, sehingga orang orang yang mau ambil rente bisnis dari adanya oligarki politik engga pernah berhasil. Makanya betul kata Ahmad Dani, Jokowi lebih kuat dari Soeharto. ” Saya hanya tersenyum.

Ternyata di tangan orang baik, revolusi mental terjadi disemua sektor , yang masih ngotot kembali ke masalalu dimana politik adalah orkes simpony yang membua orang tertidur, pasti akan mendulang kecewa. Mungkin mereka akan mati secara berlahan di telan arus perubahan yang secara alami tidak bisa di bendung…

 

Sumber; Facebook Erizeli

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed