by

Keteladanan

Lalu apa bedanya pastur idamanku, temenku dan suster yang kawin lari dengan pacarnya itu? Mereka memulai langkah awal di tempat yang sama (biara), menjalaninya dengan pergumulan masing masing, yang membedakan adalah langkah akhirnya: banyak yang terpanggil sedikit yang terpilih. Kalo boleh aku tambahkan sedikit: yang satu (pastur bule ku), bergumul sepanjang hidup nya dan menyelesaikan apa yang sdh dia mulai. Sang Pastur pindah pindah tempat pelayanan. Kemana pun dia pindah, orang selalu kagum dengan kesederhanaanya, keramahannya dan senyum khas nya yang melegenda itu.

Ingat pastur bule ku itu, kemarin aku terpaku saat baca status seseorang di FB. Saat dia tanya bagaimana pak Jokowi menghadapi fitnah dan penghinaan? Beliau bilang,” …kunci menghadapi kebencian dan penghinaan adalah rendahkan hati serendah rendahnya, fokuskan perhatian untuk semakin banyak bekerja. Penghinaan apabila kita hadapi dengan sedikit rasa sombong saja bisa bikin kita sakit. Jangan dilawan, biarkan saja,”

Bengong aku. Ini kelas manusia yang sudah kelar ama dirinya, pikirku. Mungkin itulah jawaban dari pertanyaanku bertahun tahun tentang si Pastur Bule idolaku itu; 
hidup bertarak selamanya, melayani dan menggenapi panggilannya, walo aku sampe skrg pengen tahu apa alasan dia menjadi Pastur (tetep gak rela dia jadi biarawan…

Terus gimana cerita temanku yg keluar dari seminari? Dia memilih untuk berjuang dengan caranya sendiri, kembali ke kehidupan masyarakat biasa. Dia menjadi guru, mengajar. Aku dengar kabar terakhir hidupnya lumayan sukses.

Lalu kemana Suster yang kawin lari sama pacarnya yang biarawan itu? Mana kutahu, namanya aja kawin lari, siapa pulak yang mau ngejar dia? gak ada yang tau keberadaannya sampe skrg. Mungkin dia oplas spy gak dikenali orang?who knows?

#SelesaiDenganDiri170419TDH

Sumber : Status Facebook Mega Sps

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed