Buruh Membakar Karangan Bunga Untuk Ahok
Jadi pantaslah kemudian aksi anarkis buruh yang paling di ingat oleh masyarakat ketimbang tuntutan-tuntutannya. Sementara pemerintah lebih sibuk untuk menyiapkan pengamanan untuk aksi buruh ketimbang menyiapkan diri untuk mendengarkan serta melaksanakan tuntutan-tuntutan buruh.
Yang paling disorot dalam aksi buruh di hari May Day tahun ini (2017) yang paling disorot dan diingat masyarakat luas adalah perihal pembakaran bunga-bunga cinta masyarakat untuk Ahok-Djarot di Balai Kota DKI Jakarta.
Seolah-olah, dari kaca mata orang awam, aksi ini memang di desain bukan lagi untuk menuntut hak-hak buruh, tetapi sudah menjadi aksi balas dendam penuh kebencian terhadap Ahok dan para pendukungnya. Karena itu, isu yang menjadi tuntutan buruhpun kemudian tenggelam dimakan aksi pembakaran bunga Ahok. Baik di media pemberitaan maupun di media sosial.
Mereka ingin menunjukkan kepada publik, bahwa masyarakat Indonesia membenci Ahok, atau tidak senang melihat bunga cinta untuk Ahok. Tapi ternyata mereka salah besar, cinta masyarakat kepada Ahok jauh lebih kuat ketimbang kebencian yang buruh pertontonkan dihadapan publik.
Aksi anarkis pembakaran bunga Ahok tidak dibalas oleh para pendukungnya dengan rasa benci, melainkan dengan cinta dan damai, yaitu melalui aksi penyalaan seribu lilin untuk Ahok. Cinta masyarakatpun kepada Ahok semakin dalam, kemurnian cinta dihati masyarakat kepada Ahok semakin membara bagaikan api yang muncul saat bunga untuk Ahok dibakar dengan ganasnya oleh para buruh.
Bunga Ahok-Djarot sebenarnya sama sekali tidak mengganggu mereka dalam menjalankan aksi. Karena memang bunga itu dikirim atas dasar cinta. Bukan kebencian.
Kalau bijak, harusnya buruh kita dapat memaknai dan melihat itu. Lalu tidak bertindak biadab dengan membakarnya.
Tetapi apalah daya, cinta itu tidak mungkin bisa mereka lihat dan rasakan, karena mereka memang miskin hati. Mereka adalah kelompok atau oknum yang dibayar untuk menjalankan misi titipan sesuai keinginan para donatur.
Lalu siapakah donatur mereka? Tak lain adalah para musuh politik Ahok, yang tidak suka melihat Ahok dicintai oleh masyarakat.
Biadab sekali memang cara mereka, tidak sadar kalau mereka sedang menunjukkan kebodohan dan kedengkian hatinya dihadapan publik. Tidak hanya menunjukkan kebodohan, mereka juga menunjukkan bahwa hati mereka selama ini dipenuhi dengan kebencian.
Benci melihat Ahok-djarot yang begitu dicintai masyarakat.
Untuk konsekuensinya, buruh DKI Jakarta hari ini banyak mendapat cemoohan dan bahkan kecaman dari masyarakat. Semakin banyaklah masyarakat yang tidak bersimpatik lagi kepada buruh.
Ketulusan buruh-buruh yang lain dalam memperjuangkan hak-haknya demi kesejahteraannya dalam sekejap dirusak oleh oknum-oknum penyusup bayaran.
Sekedar catatan, ternyata buruh-buruh ini adalah pendukug Anies-Sandi. Baca informasi lengkapnya di website FSPLEMSPSI.or.id ini.
Maka dengan mengacu pada pendapat Anies dalam berita METROTVNews.com ini yang megatakan bahwa perilaku pendukung mewakili sifat pemimpin yang didukung, kita bisa menarik sebuah kesimpulan bahwa buruh pembakar bunga Ahok hanya mewakili pemimpin yang mereka dukung.
Jadi, anda bisa menebak siapa sebenarnya otaknya bukan? Atau siapa pelaku yang sebenarnya dibalik semua ini?
Coba fikirkan, apa mungkin orang itu yang ada didalam fikiran anda sama dengan orang yang ada didalam fikiranku? Bisa jadi.
Mudah-mudahan, Ahok senantiasa akan memberi manfaat lebih besar lagi buat mereka yang membencinya melalui baktinya untuk republik ini, meskipun kerap difitnah dan dizolimi. Seperti bunga Ahok yang tersisa dari aksi pembakaran mereka pada sore aksi May Day di Balai Kota Jakarta, yang memberi keteduhan bagi para buruh saat hujan lebat datang.
Sumber : www.benardosinambela
Comment