by

Kepada Joko Widodo

PSI bersama Anda bersumpah untuk tidak pernah lagi membiarkan penutupan rumah ibadah. Sekaligus dengan itu mereka, dan Anda, diminta untuk mencegah penyalahgunaan keuangan dalam segala bentuk. Grace bahkan menggunakan istilah “tidak satu rupiah pun”, “tidak sepeser pun”.

Tekad itu menjadi harapan serta cita-cita saya bersama jutaan rakyat Indonesia. Namun, ijinkan saya berharap lebih.

Dengan kewenangan dan kuasa yang diberikan Republik ini kepada Anda, upayakan sekuatnya untuk menghapuskan UU Penistaan Agama. Tak ada yang bisa menista agama. Membiarkan keberlakuan undang-undang tersebut adalah ketololan sebuah bangsa. Bagaimana mungkin satu agama ternista jika umatnya tidak merasa ternista?

Kita tidak boleh yakin bahwa pencarian spiritualitas berhenti dengan hadirnya sejumlah kitab suci. Juga, adalah komedi paripurna jika mengira bahwa tafsir atas kita-kitab suci tersebut telah bersifat final. Sebab tak ada yang bersifat final selama fajar masih menyingsing tadi dan esok pagi. Kebaruan selalu niscaya. Saya bahkan berharap pada suatu saat, entah kapan, manusia tidak lagi bergantung kepada perintah-perintah dalam Injil.

Manusia, sebagaimana kata Guru Agung kami, Yesus Kristus, diharapkan melahirkan sesuatu lebih besar daripada semua pekerjaan yang pernah dilakukan Guru kami. Sebab untuk itulah Dia datang ke bumi ini, menjadi inspirasi bagi semua kebaruan yang dimungkinkan jagad raya.

Anda dan saya bermula dari sebuah sel, yang lalu membelah diri, membelah terus sehingga daripadanya hadir organ-organ tubuh kita. Dan kita pun membelah diri melalui anak-anak kita, menerus hingga sebuah persekutuan entah apa maujud di kemudian hari. Dengan cara tak pernah kita pahami alam raya bahkan membarui dirinya.

Penistaan agama hanya terjadi dan terasakan kalau umatnya bersifat kerdil sehingga bisa ternista. Karena itu, yang perlu Anda lakukan sesegera mungkin adalah mencerdaskan Indonesia. Lupakan Revolusi Mental tanpa mendahuluinya dengan pencerdasan bangsa. Dan kecerdasan hanya bisa berlangsung jika semua orang bebas mengutarakan apa yang dia pikirkan tanpa kuatir dikurung tuduhan menista.

Saya berbahagia lahir sebagai lelaki Kristen. Tiap hari saya mempertanyakan iman saya, tak putus meragukan banyak hal, dan dari semua itu kebaruan demi kebaruan lahir. Saya sebut diri saya beruntung karena tak ada pendeta berhak mengecam atau menghentikan saya. Kebaruan teodise, teologi, bahkan doktrin, dimungkinkan dalam agama saya. Dengan cara itu kami senantiasa berada dalam keadaan semakin cerdas dari hari ke hari.

Karenanya saya mengundang Anda mencecap kegemilangan Kristen dan membagikannya kepada umat bergama lain di Indonesia. Hidup keberagamaan perlu tumbuh, mekar, dan ranum, menjadi inspirasi tak berkesudahan yang menjadi fondasi pembangunan Indonesia.

Biarkan semua orang bersuara. Anda hanya perlu memastikan bahwa suara-suara tersebut tidak lahir dari semangat kebencian sekaligus memastikan panggung seluas-luasnya tersedia. Dari kebebasan mempertanyakan segala sesuatu kecerdasan lahir. Dan kecerdasan akan melahirkan bermilyar-milyar pertanyaan baru. Jika pada suatu saat Injil tak lagi berlaku karenanya, so be it. Itulah yang dengan gemilang dicita-citakan Guru Agung kami.

Seluruh tafsir dan kebaruan dimungkinkan. Pagarnya cuma satu: Pancasila, bukan agama tertentu.

Saya tunggu Anda menuntaskannya di periode kedua. Sehatlah selalu. Jangan lupa minum temu lawak dan beras kencur.

Sumber: Facebook Sahat Siagian
(sayapesansatu.com)

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed