by

Kenapa Semua Nabi Ikhwan Tidak Ada yang Akhwat

Selain itu juga harus diasah kemampuan kita untuk bisa berpidato pakai bahasa Arab, selain juga bisa menulis buku dan kitab dengan bahasa Arab.

Itulah adalah empat kemampuan dasar dalam berbahasa Arab. Seharusnya jalan itulah yang ditempuh dengan serius dan benar. Bukan hanya show-off memamerkan istilah-istilah yang terkensan kayak bahasa Arab, padahal orang Arabnya sendiri malah tidak paham.

Maka pantaslah kalau dibilang ke-arab-arab-an tanpa makna dan tanpa manfaat. Tetapi lucunya, justru yang menggejala malah yang semacam ini di tengah masyarakat.

Sebenarnya tetap bicara dalam bahasa Indonesia, namun banyak menggunakan kosa kata arab, tetapi kadang penggunaannya malah tidak tepat.

Misalnya pernah suatu hari ada seorang bertanya kepada saya begini,”Ustadz, mengapa semua nabi itu ikhwan dan tidak ada yang akhwat?”. Saya paham maksudnya tetapi terpingkal-pingkal dengan caranya dia bertanya. Maksudnya kenapa semua nabi itu laki-laki dan tidak ada yang perempuan.

Tetapi dia sudah terlanjur keliru dan salah kaprah dalam berbahasa, sehingga mengira kalau bahasa Arabnya laki-laki itu ikhwan itu dan bahasa Arabnya perempuan itu akhwat.

Pasalnya, di komunitasnya, setiap ada penyebutan laki dan perempuan, selalu digunakan istilah ikhwan dan akhwat. Ada wc ikhwan dan ada wc akhwat. Ada kajian ikhwan dan ada kajian akhwat. Ada baju ikhwan dan ada baju akhwat.

Akhirnya dia bertanya, kenapa semua nabi itu ikhwan dan tidak ada yang akhwat?

Sumber : Status Facebook Ahmad Sarwat Lc MA

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed