by

Kenapa Saya Ga Pernah Mengucap “Syafakillah”?

Jadi kenapa? 
Belajar berbahasa Indonesia yang benar saja sejujurnya saya masih merasa kesulitan. Bagaimana saya bisa ikut-ikutan memakai bahasa lain?

Saya belajar tata bahasa arab sejak usia 9 tahun di madrasah diniyah. Saya menghafal kitab nahwu paling dasar, “Jurumiyah” dan sharaf “Amtsilatut Tashrifiyah”. Di sana, saya mengenal istilah dhomir atau kata ganti untuk menyebut orang. Yang dalam bahasa Indonesia ada ” Saya, anda dan dia”.

Kata ganti orang dalam bahasa Arab itu cukup rumit untuk yang belum pernah belajar. 
Diletakkan di depan kalimat dan di belakang bentuknya beda. 
Contoh:
– Buku Saya (Bahasa Indonesia)
– Kitaabii (Bahasa Arab). 
Kenapa buku saya bahasa arabnya bukan “kitaab ana”?

Belum lagi ada bentuk mufrod (tunggal), tasniyah (dua) dan jamak (banyak, lebih dari dua). Bahasa arab juga membedakan gender, muanats (perempuan) dan mudzakar (laki-laki).
Contoh: 
Jika seseorang perempuan satu, bercerita bahwa dia sakit. Kita ingin mengucapkan “lekas sembuh ya” secara langsung kepadanya, kita bilang “Syafakillah” yang artinya semoga Allah menyembuhkanmu (wahai perempuan satu). 
Tapi kalo yang sakit adalah anaknya, sementara yang di grup adalah ibunya, benarkah kalau kita mengucapkan “Syafakillah”? Kan yang kita doakan anaknya, orang ketiga. Maka seharusnya, ” Syafahallah”. Semoga allah menyembuhkannya, bukan menyembuhkanmu kan?
Nah kalau yang sakit dua orang perempuan, bolehkah kita menyebut, “Syafahallah ya si A dan si B”? 
Tentu saja tidak bisa. Harus “Syafahumallah” yang artinya, semoga Allah menyembuhkan keduanya perempuan. 
Kalau yang sakit 3 orang anak perempuan, ucapannya beda lagi. 
Kalau yang sakit laki-laki, ucapannya pun harus berubah lagi. Ribet kan?

Itu juga berlaku untuk ucapan lain, semisal “Jazakillah ya ibu-ibu semua” seharusnya gimana? Jazakunnallah.

Kumpulan ibu-ibu semua pun jadi berubah kalo kemasukan sesebapak satu saja. Jadi Jazakumullah.

Jangan tanggung kalau memang ingin kearab-araban. Belajarlah bahasa arab secara kaffah. Bukan sekedar mengganti saya dengan Ana, kamu dengan Anta. Dll. Ini baru urusan dhomir. Kata ganti. Belum urusan lain. 
Alih-alih biar terdengar lebih religius, saya menghindari ikut-ikutan kearab-araban. Ribet tauk!!

~(RMH).

Sumber : Status Facebook Rohma Mauhibah

Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

News Feed